Jakarta, Pembina Lembaga Pengawas Kinerja Aparatur Negara (LPKAN) Wibisono,SH,MH sangat prihatin dan menyatakan Miris dengan bertambahnya jumlah korban petugas KPPS yang meninggal dunia,sampe hari ini (rabo,8/5/2109) tercatat 554 jiwa meninggal dunia,”ini tragedi kemanusian,harus di selidiki dengan tuntas”, ujar Wibisono.
Sementara itu, wibisono menyambut baik atas terbentuknya “Gerakan aliansi masyarakat peduli tragedi kemanusian pemilu 2019”, sejumlah tokoh masyarakat madani lintas agama, suku, dan profesi yang merasa prihatin terhadap wafat dan jatuh sakit massal para petugas penyelenggara pemilu dan aparat keamanan, Mereka menuntut investigasi serius, tuntas, dan transparan.
Tercatat ada 57 tokoh yang terlibat dalam aliansi ini, di antaranya Din Syamsuddin, Anwar Abbas, Chusnul Mariyah, Busro Muqoddas, Jose Rizal, atau Bahtiar Efendy.
Rabu (8/5/19) pagi, pemrakarsa aliansi Prof M Din Syamsuddin mengatakan, AMP-TKP 2019 terdiri dari tokoh agama, pimpinan organisasi, akademisi, advokat, dokter, profesional lain, dan aktivis sosial.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) diberbagai peluang menyebut sebagai penyebab utama kematian dari petugas Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Penjelasan ini rupanya tidak menjawab pertanyaan publik,kata Wibi
Menurut wibi, Pertanyaan yang diajukan ormas terkait perlu dilakukan investigasi guna mengungkap penyebab utama kematian tersebut. Salah satu yang meragukan alasan KPU adalah Tim Medis Komite Penyelamat Darurat Medis (MER-C).
MER-C menolak jika faktor Kelelahan yang dijadikan alasan. Pernyataan ini disampaikan anggota Presidium MER-C, Yogi Prabowo. Dia menjawab, harus menyetujui faktor lain yang lebih signifikan.
Yogi menjelaskan, dalam dunia medis, persetujuan tidak bisa dijadikan alasan kuat sebagai penyebab kematian. Alasan seperti itu hanya pantas diutarakan oleh orang awam.
“Kelelahan ini bukan diagnosis penyebab kematian, jika tidak dilakukan lebih lanjut. Apa sebenarnya penyebab kematian tersebut, misalnya penyebab kematian adalah jantung, gagal nafas. Tidak ditemukan survei penyebab kematian tidak ada, ”tegasnya.
Dia membantah faktor lain, seperti tekanan psikis dan psikologis yang terlalu berat. Tekanan itu yang menarik fisik dan psikis mendalam dan bisa menimbulkan penyakit-penyakit kronis pada korban tersebut.
Wibi mendukung MER-C akan membuat tim mitigasi kesehatan bencana Pemilu 2019. Pembentukan tim tersebut berupaya meningkatkan keselamatan manusia saat ini telah mencapai 554 orang,ulasnya
“Saya berharap tim MER-C melakukan Mitigasi agar korban-korban tidak bertambah banyak”,imbuhnya
Dalam tim mitigasi ini, kontribusi dokter ahli akan dilibatkan. Dokter ahli penyakit dalam, ahli Kardiologi, ahli rehabilitasi Medik, ahli kerja Kedokteran, ahli Neurologi, ahli forensik, dan ahli Psikolog.
Selain itu, tim ini akan berkoordinasi dengan dokter-dokter yang merawat petugas KPPS di rumah sakit lokal. Tujuannya, untuk memberikan penanganan yang lebih mudah. tim mitigasi akan ditempatkan di lokasi yang paling korban jiwa atau korban sakit, seperti Jabodetabek, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. MER-C juga akan memberikan layanan advokasi medis untuk para korban penyelenggara pemungutan suara pada Pemilu 2019.
Tak hanya itu, MER-C juga membuka layanan pusat panggilan untuk para korban yang bertambah sakit sebelum korban yang sedang diterjemahkan yang membutuhkan penanganan yang lebih intensif. Nomor call center MER-C yaitu 0811990176.
Saya berharap tim ini bisa bekerjasama dengan LPKAN yang menggalang “Petisi Pidanakan KPU” yang sudah didukung oleh 2.600 orang, apabila memang terbukti ada pelanggaran HAM Berat,kita bisa bekerja secara profesional dan bisa menguak misteri kematian para korban, agar masyarakat mendapatkan Informasi yang jelas dan akurat serta bisa di usut dengan tuntas, pungkas Wibi