JAKARTA, beritalima.com | Pandemi Covid-19 belum usai, dan cenderung kurva terus meningkat, terutama di Indonesia peningkatan sudah melebihi 3.500 pasien perhari. Dan beberapa cluster baru seperti pilkada serta peserta demo Omnibus law pasti akan menimbulkan masalah baru.
Pemerintah provinsi DKI Jakartapun mulai besuk hari Senen tanggal 12 sampai dengan 25 Oktober 2020 akan melonggarkan aturan PSBB kembali ke PSBB transisi.
Semetara itu menurut Pembina Lembaga Pengawas Kinerja Aparatur Negara (LPKAN) Wibisono mengatakan bahwa Pandemi ini akan memasuki fase ketiga, bahkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memperingatkan jika kasus virus corona di Indonesia terancam mengalami ‘ledakan’ dalam waktu seminggu ke depan.
Peringatan ini disampaikan langsung oleh Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar IDI, M Adib Khumaidi.
Adib menjelaskan ancaman “ledakan” kasus COVID-19 ini dipicu akibat aksi demonstrasi besar-besaran penolakan UU Omnibus Law Cipta Kerja yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia. Pendemo dinilai akan sulit menerapkan protokol kesehatan di tengah aksi, seperti melakukan physical distancing.
Apalagi, banyak aksi demo yang dilakukan kaum buruh maupun mahasiswa berakhir dengan kericuhan dan bentrokan dengan aparat keamanan. Adib juga turut menyoroti banyaknya seruan nyanyian hingga teriakan saat demo yang berpotensi menyebarkan virus corona melalui udara (droplet).
”Berbagai seruan nyanyian maupun teriakan dari peserta demonstrasi tersebut tentu mengeluarkan droplet dan aerosol,” kata Adib dalam keterangan tertulisnya awak media Jumat (9/10).
Sedangkan Resiko penularan COVID-19 semakin tinggi karena banyak massa yang datang dari berbagai daerah dan berkumpul di satu titik. “Jika terinfeksi, mereka dapat menyebarkan virus saat kembali ke komunitasnya,” ujar wibi
Berdasarkan situasi tersebut, Wibi memprediksi Indonesia akan mengalami lonjakan kasus virus corona dalam waktu satu hingga dua minggu ke depan bahkan sampai bulan Desember 2020. Situasi ini dinilai akan semakin membuat tenaga kesehatan semakin kewalahan dalam menangani pasien COVID-19.
”Bahkan, diperkirakan akan terjadi lonjakan masif yang akan terlihat dalam waktu 1-2 minggu mendatang, Sehingga total ada 132 dokter wafat akibat Covid. Para dokter yang wafat tersebut terdiri dari 68 dokter umum (4 guru besar), dan 62 dokter spesialis (5 guru besar), serta 2 residen.” imbuh penulis dan pengamat kebijakan publik ini.
Maka dari itu pemerintah harus lebih serius untuk segera mengatasi peningkatan pasien yang terpapar covid ini, ” yang jelas harus segera bisa menemukan cara untuk mengatasi korban yang terus berjatuhan, umpama dengan mencoba memberikan kesempatan pada obat herbal yang dikenal ampuh mengatasi Covid seperti di China dan Rusia,” pungkas Wibisono. (red)