JAKARTA, Beritalima.com | Virus corona menjadi pandemi global sejak kali pertama mewabah di China pada akhir 2019 lalu. Sejak itu, wabah terus meluas hingga keseluruh wilayah di dunia. Hingga saat ini, lebih dari 25,6 juta orang terinfeksi Coronavirus Disease (Covid-19), dan menewaskan 854.810 orang di seluruh dunia.
Menurut ketua Dewan Pembina Yayasan Biotech Methodologi Tubuh Indonesia Wibisono mengatakan bahwa sekarang memasuki fase gelombang ketiga, artinya Virus disebut SARS-CoV-2 ini terus menginfeksi banyak orang, bahkan terus bermutasi hari hingga 14 kali lipat dari virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan.
Para ilmuwan telah menemukan ribuan mutasi atau perubahan genetik virus yang sejauh ini kemungkinan mengubah perilaku dari salah satu mutasinya.
“Apakah virus tersebut menjadi makin menular atau mematikan bagi manusia?, Sebenarnya, virus corona telah berubah dengan sangat cepat dibandingkan virus penyebab flu, ujar Wibisono ke awak media dijakarta Kamis (22/10).
Dengan kekebalan alami yang relatif rendah dalam populasi, tidak ada vaksin dan sedikit perwatan, maka tidak ada tekanan pada virus corona baru ini untuk beradaptasi.
Mutasi penting yang disebut D614G dan berada di dalam protein spike virus, muncul beberapa saat setelah wabah awal di Wuhan, China, imbuhnya
Para peneliti menggunakan metode statistik yang dikembangkan untuk mengidentifikasi perubahan adaptif yang muncul dalam genom virus SARS-CoV-2 pada manusia.
Akan tetapi, peneliti tidak menemukan adanya kaitan erat virus corona yang ditemukan pada kelelawar dan trenggiling, dua hewan yang disebut sebagai reservoir virus tersebut.
Menurut peneliti dari laboratorium ahli biologi Greg Wray di Duke mengatakan,” masih mencoba mencari tahu apa yang membuat virus ini begitu unik,” kata penulis utama Alejandro Berrio, seorang rekan postdoctoral.
Wibisono menambahkan bahwa Tim peneliti di Duke University telah mengidentifikasi sejumlah mutasi ‘diam’ pada sekitar 30.000 huruf kode genetik virus corona penyebab Covid-19.
Mutasi tersebut ternyata membantu SARS-CoV-2 berkembang setelah melompat dari hewan, yakni reservoir virus berasal dari kelelawar, ke manusia.
Dikutip dari Science Daily, Senin (19/10/2020), peneliti menduga, kemungkinan hal itu yang membuat virus corona baru menjadi pandemi global yang cukup sulit untuk dihentikan.
Dalam studi yang telah diterbitkan di jurnal PeerJ, 16 Oktober lalu, perubahan halus yang terjadi melibatkan bagaimana virus dapat melipatgandakan molekul RNA di dalam sel manusia.
” jadi jelas bahwa mutasi virus Covid ini tidak boleh diremehkan, dengan kondisi ini apa masih efektif Vaksin yang masih dalam tahap uji klinis ini?, bukankah harusnya uji klinis vaksin harus juga mengikuti perkembangan mutasi virus yang ada,” pungkas Wibisono