TORAJA UTARA,beritalima.com-Lokasi lapangan Bakti sebagai wisata kuliner,kini satu persatu penjualnya meninggalkan lapangan Bakti dengan alasan akibat merugi.
Begitupun soal pengaturan lapangan,penempatan pedagang, hal tersebut juga menimbulkan pro kontra sehingga mengisahkan cerita menimbulkan polimik.
Terkait alasannya merugi di lapangan Bakti seperti yang dituturkan oleh salah satu penjualan sate lontong yang tidak perlu namanya ditulis,”Biasa saya dapet,saya jualan dari pukul :18.00 WITA hingga larut malam bersih Rp.500 ribu,pindah dilapangan Bakti dapatnya cepe’ gimana bisa hidup mas,”ucapnya dan memilih jualan ditempat biasanya lagi.
Sementara hal ini diluruskan oleh Camat Rantepao,Drs.Yokonias Aibini,Jumat kemaren saat memberikan keterangan persnya pada wartawan berita lima diruang kerjanya,soal penempatan para pedagang tersebut agar jangan tumpang tindih mestinya melibatkan Dinas yang terkait,ini dimaksud guna menertibkan soal restribusi yang ada.
Soal sebagian pedagang akibat merugi ‘kabur’ dari lokasi yang sudah disiapkan oleh pihak Pemerintah dengan alasan merugi,menurut Yokonias,wajar mereka tinggalkan lapangan Bakti akibat merugi jarang pelanggan.
Camat berharap penertiban ini tentunya dengan harapan upaya Pemerintah meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) lewat penataan yang bagus.Namun,jika pedagangnya satu-persatu ‘kabur’ dan ini harus dipikirkan ulang dan didata ulang.
“Pedagang itu tidak ada salahnya ‘kabur’ setelah mengalami kerugian,jualan yang mereka jual itu semua kan butuh biaya,ini harus dipikirkan ulang dengan sistim melibatkan beberapa Dinas yang ada kembali mengemas lokasi ini menjadi wisata kuliner,” tutupnya. (Gede Siwa)