SURABAYA, beritalima.com – Working ideology atau ideologi yang diterapkan dalam kehidupan sehari hari harus mampu diwujudkan dalam bela negara. Bela negara harus mampu menampilkan profil dan wajah baru, bukanlah profil bela negara pada saat zaman kemerdekaan saja, melainkan harus diterapkan pada era globalisasi seperti saat ini.
Pada era globalisasi, dibutuhkan rasa nasionalisme dan perjuangan baru. Perjuangan baru itu diwujudkan melalui produk produk dari Jatim agar bisa bersaing dengan produk lain yang ada di luar negeri.
“Langkah kongkrit seperti itulah sebagai bela negara baru yang dinamakan Working Ideology. Perang kita saat ini bukanlah perang konvensional dari negara asing, akan tetapi perang semesta terhadap segala bentuk gangguan masyarakat seperti kejahatan narkotika, perkembangan IT (Informasi Teknologi), perang terhadap kebudayaan, ekonomi hingga kehidupan sosial yang tidak memiliki kesantunan terhadap nilai-nilai lokal),” kata Gubernur Jatim Dr. H. Soekarwo saat memberikan arahan pada peringatan Hari Bela Negara ke-68 dan Hari Ibu ke-88 di Halaman Kantor Gubernur Jl. Pahlawan No. 110 Surabaya, Senin (19/12).
Salah satu cara agar produk Jatim bisa bersing harus memperbanyak sekolah vokasional dan melakukan magang atau training bekerja pada perusahaan yang memiliki kualitas internasional. Kondisi ini memberikan dampak pada kemampuan siswa yang telah menggabungkan antara disiplin, pengetahuan, kompetensi, ditunjang dengan pelatihan yang cukup.
Ia menjelaskan, pelaksanaan Working Ideology bela negara dilingkungan PNS diwujudkan dengan memberikan pelayanan publik yang baik dan prima kepada masyarakat, bekerja dengan integritas dan menjauhi diri dari pungutan liar (Pungli). Tertib dan produktifnya seorang PNS nantinya dapat menghasilkan kesejahteraan bagi masyarakat.
Pakde Karwo berpesan agar generasi muda senantiasa membekali dirinya dengan kemampuan teknologi baru sesuai keinginan masyarakat. “Langkah konkret seperti ini diperlukan oleh masyarakat dalam mengimplementasikan bela begara pada era hari ini,” ujarnya.
Dalam peringatan hari ibu ke-88, Pakde Karwo menegaskan, ibu-ibu memiliki peran penting dalam pembangunan, dan memberikan suport terhadap suami dalam bekerja yang tercermin dalam pengarustamaan gender adalah bentuk kolaborasi dalam mengisi pembangunan.
Ia mencontohkan, sikap seorang ibu yang memberikan suport terhadap suami merupakan wujud konkrit dalam bela negara dan pembangunan. Langkah konkrit tersebut terlihat pada saat seorang ibu mampu menahan hedonisme atau perilaku dan gaya hidup konsumtif. “Membeli barang harus sesuai keperluan, bukan membeli atas dasar keinginan, terlebih sikap tersebut bisa dilakukan pada saat situasi krisis seperti saat ini,” tutupnya. (**).