Wujudkan Rasa Syukur, Masyarakat Nelayan Pantai Prigi Labuh Laut Sembonyo

  • Whatsapp

TRENGGALEK, beritalima.com

Tak kurang dari 5000 pengunjung padati lokasi Upacara Adat Labuh Laut Larung Sembonyo Tahun 2019 yang diselenggarakan oleh Paguyuban Nelayan Pantai Prigi, Desa Tasik Madu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Rabu (24/7/2019).

Prosesi upacara yang di pusatkan pada Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pantai Prigi tersebut sampai sesak dipenuhi warga yang memang telah menunggu gelaran rutin rahunan ini.

Ritual adat tersebut merupakan agenda tiap tahun yang di laksanakan oleh para nelayan, khususnya di pantai Prigi sebagai salah satu bentuk rasa syukur kepada Tuhan YME atas segala rizki yang telah diberikan kepada mereka.

Didampingi Komandan Kodim (Dandim) 0806 Trenggalek, Letkol Inf. Dodik Novianto, Wakapolres Trenggalek, Kompol Agung Setyono, jajaran OPD, para Tokoh Masyarakat maupun tokoh Agama dari seputaran wilayah Kecamatan Watulimo, Bupati Mochammad Nur Arifin hadir dan mengikuti rangkaian upacara Labuh Laut Larung Sembonyo.

“Ini merupakan salah satu bagian dari wujud syukur kepada Tuhan YME atas karunia serta limpahan rizky kepada kita. Selain memang juga merupakan warisan budaya adat yang harus dilestarikan,” kata Bupati dalam sambutannya didepan para hadirin.

Dirinya pun mengucapkan terimakasih kepada seluruh warga masyarakat yang secara sukarela baik langsung atau tidak langsung telah membantu dengan tenaga, pikiran maupun materi sehingga acara adat ini bisa dilaksanakan.

“Terimakasih kepada seluruh elemen masyarakat khususnya para nelayan yang secara sukarela ikut membantu sehingga acara ini bisa terselenggara dengan baik,” imbuhnya.

Selain itu, Gus Ipin (panggilan akrab dari bupati) juga menegaskan, jika kegiatan upacara labuh larung sembonyo ini bukan sebuah kemusrikan karena ini merupakan implementasi dari salah satu wujud rasa syukur kita kepada Tuhan YME dimana lewat hasil laut sudah memberikan rizky_Nya.

“Ritual ini bukanlah bagian dari kemusrikan, karena tidak ada didalamnya disebut tentang persekutuan selain Tuhan. Ini merupakan warisan budaya dari leluhur sebagai salah satu wujud syukur kepada Alloh SWT atas limpahan rezeki_Nya melalui potensi laut,” imbuhnya.

Ditambahkan pula oleh Bupati termuda Indonesia itu, dalam mewujudkan rasa syukur, tidak boleh hanya terbatas pada seremonial Larung Sembonyo ini saja. Semua kita pun harus menjaga ekosistem serta kelestarian laut maupun alam penyangganya agar tidak tercemar.

“Semua harus punya kesadaran akan pelestarian laut, dan kami juga mengapresiasi kepada paguyuban nelayan yang telah membuat aturan bahwa nelayan tidak boleh setiap hari melaut demi menjaga kelangsungan ekosistem,” tandas suami Novita Hardiny itu.

Harapannya, dengan adanya sedekah dari para nelayan ini maka hasil laut akan semakin berlimpah. Kemudian kesejahteraan masyarakat juga meningkat, karena dengan adanya Labuh Larung Sembonyo ini kegiatan perekonomian semakin menggeliat.

“Banyak dampak positif dari adanya Labuh Laut ini, selain menjaga kelestarian tradisi juga bisa meningkatkan banyak potensi. Baik potensi wisata maupun nilai ekonomi kerakyatan. Maka dari itulah, semua pihak harus saling dukung demi masyarakat Trenggalek lebih baik lagi,” pungkasnya, sambil melanjutkan prosesi labuh dengan ikut melarungkan ‘Sesajen Sembonyo’ menuju tengah laut menggunakan Kapal Nelayan.(her)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *