XL Axiata Meminimalisir Dampak Negatif Digitalisasi dan Otomatisasi

  • Whatsapp

JAKARTA, beritalima.com | Peran sektor swasta dalam memperjuangkan kesetaraan gender semakin penting dan mendesak di era digitalisasi industri saat ini. Untuk itu, PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) terus berupaya mendorong pelaku dunia usaha swasta untuk meningkatkan pemberdayaan pekerja perempuan guna meminimalisir dampak digitalisasi dan otomatisasi terhadap eksistensi mereka. Data dari World Economic Forum menunjukkan, proporsi pekerja perempuan yang bekerja pada bidang teknologi baru masih sangat minim.

Direktur & Chief Strategic Transformation and Information Officer XL Axiata, Yessie D. Yosetya yang juga menjabat selaku Chair dari G20 EMPOWER mengatakan, dunia kerja telah berubah dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang didorong oleh penerapan otomatisasi dan digitalisasi yang terus meningkat, serta akibat dari pandemi Covid-19 yang telah mengubah arah berbagai bidang industri dan profesi. Perkembangan ini memunculkan dampak yang besar pada banyak kelompok masyarakat di seluruh dunia, termasuk kemungkinan memberikan efek negatif bagi kalangan pekerja perempuan di mana proporsi kesetaraan gender mereka di bidang digital masih sangat kurang.

Laporan The World Economic Forum’s Future of Jobs 2020 mengungkapkan bahwa 84% pengusaha mempercepat agenda digitalisasi mereka dan 50% pengusaha berniat untuk mempercepat otomatisasi di bidang pekerjaan. Perubahan ini kemungkinan akan mempercepat penghilangan serangkaian peran pekerjaan yang semakin tidak dibutuhkan di dalam dunia kerja baru, dan juga akan mempercepat penciptaan peran baru yang dapat mendorong terciptanya taraf kemakmuran di dunia kerja baru.

Karena itu, kalangan pekerja perempuan perlu melakukan upaya ekstra agar tidak tertinggal, mengingat kesenjangan gender saat ini masih terdapat di beberapa bidang pekerjaan ilmiah dan teknis, serta keterampilan dalam kepemimpinan. Saat ini, kurang dari 20% pekerja teknologi adalah perempuan di banyak negara maju, dan hanya 1,4% pekerja perempuan yang memiliki pekerjaan mengembangkan, memelihara, atau mengoperasikan sistem TIK, dibandingkan dengan 5,5% pekerja laki-laki.

Dukungan yang terarah adalah faktor kunci dalam mencapai kesetaraan gender bagi kaum perempuan, menghilangkan hambatan ketidaksetaraan dan memungkinkan mereka melakukan transisi yang diperlukan di bidang pekerjaan yang lebih produktif dan bergaji lebih tinggi. Penelitian menyarankan bahwa sektor swasta harus berinvestasi lebih banyak dalam melatih kembali karyawan perempuan, atau bermitra dengan lembaga akademis lainnya untuk memperluas keterampilan dan kompetensi bagi perempuan yang mewakili sekitar 160 juta pekerjaan yang akan digantikan oleh sistem otomatisasi.

“Sebagai Perwakilan G20 EMPOWER untuk Indonesia, saya berharap para pemimpin sektor swasta untuk bekerja sama dengan pemerintah kita untuk segera mempromosikan dan menerapkan kebijakan dan tindakan yang berpihak pada kesetaraan gender yang akan memungkinkan kaum perempuan untuk dapat ikut berpartisipasi di masa depan berbagai bidang pekerjaan, dengan mempersempit kesenjangan gender dan dengan mempercepat keterwakilan perempuan di tingkat pimpinan, terutama dalam kelompok pekerjaan yang kurang terwakili di mana pertumbuhan besar diperkirakan akan terjadi”, jelas Yessie lebih jauh.

G20 EMPOWER merupakan aliansi yang diluncurkan pada Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Osaka, Jepang pada tahun 2019. G20 EMPOWER sendiri bertujuan untuk membangun dan mendukung jejaring sektor swasta di negara-negara anggota G20 dalam mengidentifikasi tantangan dan mendukung kesetaraan gender serta kemajuan kepemimpinan perempuan di sektor swasta. Keanggotaan G20 Empower Indonesia saat ini diwakili oleh focal point yang terdiri dari perwakilan Kemen PPPA RI, Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), dan PT XL Axiata Tbk. (Gan)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait