JAKARTA, Beritalima.com– Politisi senior Partai Amanat Nasional (PAN), Prof Dr Zainuddin Maliki meminta Pemerintah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membuang sentimen mayoritas dan minoritas dalam survei lingkungan belajar
“Seharusnya survei lingkungan belajar didasarkan kepada kepentingan untuk memetakan latar belakang tempat berlangsungnya pendidikan, jauh dari kepentingan politik, sentimen mayoritas dan minoritas dari sisi suku, ras maupun agama,” ujar Prof Zainuddin Maliki dalam keterangan pers yang diterima Beritalima.com, Senin (26/7) malam.
Hal itu dikatakan anggota Komisi X DPR RI ini menanggapi diedarkannya survei lingkungan belajar ke sekolah oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) beberapa waktu lalu.
Survei lingkungan belajar ini dinilai tokoh pendidikan Jawa Timur itu bernada politis dan berpotensi membangkitkan sentimen mayoritas minoritas Ras, Agama dan Suku karena diajukan sejumlah pernyataan tendensius seperti ‘Lebih baik kalau ketua OSIS berasal dari agama yang mayoritas di sekolah’.
Juga diminta sikap atas pernyataan ‘Cara berpakaian sesuai aturan agama kelompok mayoritas seharusnya diwajibkan bagi warga sekolah’. ‘Orang dari kelompok mayoritas agama lebih berhak menjadi pemimpin politik seperti bupati/walikota, gubernur dan Presiden’. ‘Guru dari etnis minoritas harus merasa bersyukur jika bisa mengajar di sekolah negeri’.
Demikian juga kuisener survei ini mengandaikan etnis mayoritas sebagai sumber masalah, sehingga muncul pernyataan ‘dalam penerimaan siswa baru saya lebih memilih calon siswa yang memiliki latarbelakang suku atau etnis mayoritas’. “Dari sejumlah pernyataan itu sekali mengandaikan etnisitas dan agama mayoritas dinilai sebagai sumber masalah,” ujar legislator dari Dapil X Provinsi Jawa Timur (Gresik-Lamongan-red).
Salah besar kalau mencoba mengarahkan opini bahwa masalah di negeri ini hanya berasal dari mayoritas dan tidak ada yang berasal dari minoritas. “Oligarki pemburu rente yang bermoral hazard itu minoritas. Hanya segelintir saja, tetapi mereka sumber masalah besar di negeri ini,” tambah Zainuddin mengingatkan.
Karena berpotensi membangkitkan sentimen mayoritas minoritas atas dasar SARA maka ia meminta Menteri Dikbudristek menarik kuisener itu.
“Arahkan kepada upaya menggali informasi mengenai kualitas prosespem belajaran dan iklim sekolah yang menunjang pembelajaran secara komperhensif, bukan hanya menggali input, proses dan output, tetapi juga konteks, outcome, benefit dan impact pembelajaran,” ungkap mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya itu.
Perbaiki survei lingkungan belajar ini berangkat dari asumsi penciptaan lingkungan yang kondusif. Sudah banyak riset yang menyebutkan tripusat lingkungan belajar, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang berpengaruh signifikan terhadap proses pembelajaran secara bervariasi.
“Kondisi terpusat pendidikan itulah yang seharusnya digali melalui survei lingkungan belajar ini. Buang jauhfikiran yang mengancam kesatuan dan persatuan, apalagi bangsa ini tengah membutuhkan kebersamaan menghadapi darurat kesehatan karena krisis pandemi Covid-19 yang masih terus berlanjut,” demikian Prof Dr Zainuddin Maliki. (akhir)