JAKARTA, Beritalima.com– Dalam rangkaian kunjungan kerja ke Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, akhir pekan ini, Wakil Ketua DPR RI, Azis Syamsudin menyempatkan diri ziarah ke makam Pahlawan Nasional Moehammad Yamin di Talawi.
Menurut Azis, Mohammad Yamin adalah pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang lahir di Talawi, Sawahlunto. Beliau sastrawan, sejarawan, politikus, budayawan dan juga ahli hukum. “Beliau merupakan salah satu perintis puisi modern indonesia dan juga pelopor Sumpah Pemuda, mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) bersama A Kapau Gani dan Amir Sjarifoeddin, pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan dan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, juga Menteri Kehakiman.”
Mohammad Yamin, adalah putera dari pasangan Usman Baginda Khatib dan Siti Saadah, 23 Agustus 1903. Di depan makam, Azis didampingi Wali Kota Sawahlunto, Deri Asta bersimpuh untuk memnajat doa. Berziarah ke makam Muhammad Yamin menjadi salah satu rangkaian penting dalam kunjungan Azis ke Sawahlunto.
Karena itu, dia berharap, Pemerintah Kota Sawahlunto bersama ormas dan Karang Taruna, segera menyusun dan mengajukan satu nama lagi ke Pemerintah Pusat untuk menjadi pa hlawan nasional. “Kita punya harapan besar, ada satu tokoh lagi dari Sawahlunto yang bisa jadi pahlawan nasional. Beliau adalah tokoh Pers Nasional Djamaloedin Adinegoro, yang tidak lain merupakan saudara Muhammad Yamin,” ungkap wakil rakyat dari Dapil II Provinsi Lampung ini.
Bagi Azis, simbol semangat perjuangan para pemuda, nama Muhammad Yamin dan Adinegoro sudah tertanam di jiwa generasi muda Sawahlunto, Sumatera Barat dan Indonesia pada umumnya. “Nama Adinegoro tentu tidak asing di telinga insan pers di tanah air. Pria dengan nama asli Djamaluddin Datuak Maradjo Sutan ini dikenal luas sebagai sastrawan dan wartawan kawakan Indonesia,” urai dia.
Adinegoro juga pernah dianugerahi gelar Perintis Press Indonesia, Nama Djamaluddin Adinegoro selalu dikenang sebagai sebuah penganugrahan karya Jurnalistik tertinggi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) untuk memperingati Hari Pers Nasional.
Adinegoro lahir di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat, 14 Agustus 1904 dan meninggal di Jakarta, 8 Januari 1967. Djamaluddin memulai kariernya sebagai wartawan di majalah Caya Hindia, sebagai pembantu tetap. Setiap minggu dia menulis artikel tentang masalah luar negeri di majalah tersebut.
Ketika belajar di luar negeri (1926-1930), ia nyambi menjadi wartawan bebas pada surat kabar Pewarta Deli (Medan), Bintang Timur, dan Panji Pustaka (Batavia). Setelah kembali ke tanah air, Adinegoro memimpin majalah Panji Pustaka. Dia tidak bertahan lama di sana. Sesudah itu, dia memimpin surat kabar Pewarta Deli di Medan (1932-1942).
Ia juga pernah memimpin Sumatra Shimbun dua tahun. Kemudian, bersama Prof Supomo memimpin majalah Mimbar Indonesia (1948-1950). Dia juga memimpin Yayasan Pers Biro Indonesia (1951). Terakhir, dia bekerja di Kantor Berita Nasional (kemudian menjadi LKBN Antara).
Sampai akhir hayatnya Adinegoro mengabdi di kantor berita ini. Dia ikut mendirikan Perguruan Tinggi Jurnalistik di Jakarta dan Fakultas Publisistik dan Jurnalistik Universitas Padjadjaran. Ia juga pernah menjadi Tjuo Sangi In (semacam Dewan Rakyat) yang dibentuk Jepang (1942-1945), anggota Dewan Perancang Nasional, anggota MPRS, Ketua Dewan Komisaris Penerbit Gunung Agung, dan Presiden Komisaris LKBN Antara. (akhir)