SURABAYA, Beritalima.com |
Pada tahun 2019, sekitar 38 juta orang dilaporkan menderita HIV (ODHA), dan 690 ribu orang meninggal karena mengidap penyakit AIDS. Sehingga dibutuhkan penggunaan obat yang dikenal dengan nama antiretroviral (ARV) dengan regimen dosis kompleks. Namun, dalam perjalanannya ARV memiliki efek samping jika digunakan dalam jangka waktu yang lama yaitu menimbulkan resistensi obat/ARV.
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti HIV Institute Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga bekerja sama dengan peneliti Farmasi Bahan Alam Jurusan Farmasi Universitas Tadulako (UNTAD) Palu terkait uji kandidat tanaman obat sebagai anti HIV.
Siti Qamariyah Khairunisa, S.Si., M.Si, peneliti HIV-1/AIDS Institute of Tropical Disease (ITD) mengatakan bahwa tim peneliti Universitas Tadulako berkontribusi dalam hal ekstraksi dan karakterisasi senyawa dari Zingiberaceae, sedangkan tim peneliti dari laboratorium HIV ITD UNAIR merupakan satu-satunya laboratorium yang ada di Indonesia yang memiliki isolat virus HIV sehingga berkontribusi dalam melakukan uji anti-HIV nya secara in-vitro.
Laboratorium HIV ITD UNAIR diketahui oleh Prof. Dr. Nasronudin dr., Sp.PD-KPTI., FINASIM yang juga memberikan dukungan dalam memberikan sampel pasien HIV untuk dijadikan penelitian.
Zingiberaceae merupakan ramuan abadi yang banyak tumbuh di daerah subtropics dan iklim tropis di Asia dan Pasifik. Menurutnya, tanaman ini ditemukan di daerah Taman Nasional Lore Lindu (LLNP) Sulawesi Tengah, Indonesia dan telah digunakan secara tradisional oleh suku Topo Baria sebagai obat-obatan, penyedap rasa makanan, dan pembungkus makanan.
“Ada tiga spesies endemik tumbuhan Zingiberaceae di Sulawesi Tengah, yaitu Alpinia eremochlamys K. Schum, Etlingera fl exuosa A.D. Poulsen, dan Etlingera acanthoides A.D. Poulsen,” ungkapnya.
Pada penelitian tumbuhan Zingiberaceae, sambungnya, ditemukan ekstrak metanol rimpang Alpinia galanga yang menunjukkan aktivitas penghambatan yang kuat pada replikasi virus HIV pada gen protease (PR). 19S-19Acetoxychavicol asetat yang diisolasi dari Alpinia galanga dilaporkan mampu memblokir transportasi pada gen Rev. (E) -Labda-8 (17), 12-diene-15,16-dial yang diisolasi dari Alpinia zerumbet memiliki kemampuan untuk menghambat replikasi virus HIV pada gen integrase.
“Zerumbone merupakan senyawa utama dari Zingiber zerumbet dan Zingiber aromaticum yang juga dilaporkan mampu menghambat replikasi virus HIV,” tuturnya.
Peneliti ITD ini mengungkapkan bahwa kandidat anti-HIV pada tanaman obat Zingiberaceae, Alpinia eremochlamys, Etlingera fl exuosa, dan Etlingera acanthoides dilakukan secara in-vitro di laboratorium HIV/AIDS di Lembaga Penyakit Tropis, Universitas Airlangga. Pengujian ini menggunakan fasilitas laboratorium berstandart tinggi yaitu Biosafety laboratorium Level 3 (BSL3).
“Tahapannya meliputi ektraksi senyawa, karakterisasi senyawa, uji toksisitas dan uji aktivitas anti-HIV dengan menggunakan sel limfosit (sel T) dan virus HIV yang diisolasi dari pasien HIV tipe 1,” jelasnya.
Menurut Ria, berdasarkan hasil skrining anti virus yang dihasilkan, menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari rimpang E. Acanthoides dan A. Eremochlamys berpotensi menghambat replikasi virus HIV-1 pada sel MT-4 secara in-vitro. Rimpang E. Acanthoides menunjukkan aktivitas antivirus yang paling bagus dengan nilai IC50 dan tingkat toksisitas yang paling rendah, dan selektivitas indeks tertinggi diantara kandidat anti HIV lainnya.
“Adanya kandungan senyawa terpenoid seperti zerumbone, ar-turmerone, caryophyllene, dan caryophyllene oxide serta beberapa asam lemak jenuh dan tak jenuh berpotensi sebagai aktivitas antivirus,” tutupnya. (Yul)