JAKARTA, Beritalima.com– Pemilu legislatif (pileg) merupakan ajang paling tepat untuk mengukur keberhasilan ketua umum partai politik di Indonesia, tak terkecuali Partai Amanat Nasional (PAN) yang dikomandoi Wakil Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan.
Zulkifli terpilih menjadi Ketua Umum PAN 2015-2020 menggantikan, Hatta Rajasa dalam Kongres IV PAN di Nusa Dua, Bali, awal Maret 2015. Kongres dengan agenda utama memilih ketua umum dan program kerja itu sempat ricuh antara kedua kubu calon dan bahkan sempat terjadi lemparan kursi di arena kongres.
Melihat hasil yang diraih PAN pada pemilu legislatif lalu, PAN dibawah pimpinan Zulkifli boleh dikatakan gagal. Bahkan tidak satu juga kursi DPR RI yang diraih PAN dari Dapil Jawa Tengah. Padahal, Pileg sebelumnya,PAN selalu mendapatkan kursi dari Dapil ini. ‘Kalau tidak ingin gagal 2024, lima tahun ke depan PAN harus dipimpin tokoh baru,” kata Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (Lima), Ray Rangkuti.
Dikatakan Ray, PAN ke depan membutuhkan sosok pemimpin yang mampu menunjukkan profesionalisme dan konsistensinya dalam dunia politik modern Indonesia. “Profesionalisme itu menghendaki sikap yang konsisten, jelas, tegas untuk menggawangi satu profesi. PAN butuh profesionalisme,” kata Ray.
Sosok Ketum PAN harus menjadi figur sentral di internal yang harus mampu secara total menakhodai partai tanpa diganggu urusan di luar partai, apa lagi kontestasi Pemilu 2024 semakin dinamis. Saran Ray, ketua umum PAN mendatang fokus hanya membesarkan parati.
“PAN harus dikelola secara profesional, Karena itu, saya sarankan kalau Zulkifli masih mau jadi pimpinan MPR, tidak usah maju Kongres mendatang. Serahkan jabatan itu kepada kader lain yang profesional,” kata dia.
Soal ditanya siapa yang layak memimpin PAN ke depan, Ray mengatakan, sebenarnya partai berlambang Matahari ini memiliki banyak kader yang bagus dan layak untukdipercaya memimpin PAN. Hanya saja, kader itu tidak mau maju, mungkin karena tidak punya uang untuk ‘bertarung’ dalam kongre nanti.
Ray menyebut, Drajat Wibobo, Mulfachri Harahap dan Aria Bima merupakan kader potensial untuk memimpin PAN. Hanya saja, Drajat tampaknya tidak berambisi seperti Kongres PAN di Batam 2010 dimana dia mengundurkan diri menjelang pemilihan suara.
Sedangkan Aria Bima tidak mungkin meninggalkan jabatannya sebagai Wali Kota Bogor untuk bisa fokus mengurus PAN. Soalnya, prestasi Aria Bima sebagai wali kota cukup bagus. Bahkan dia berpeluang untuk maju calon gubernur atau wakil gubernur Jawa Barat. (akhir)