14 September: Hari Kunjung Perpustakaan Baca yang Tersurat dan Tersirat

  • Whatsapp

Catatan; Yousri Nur Raja Agam.

MENDENGAR kata perpustakaan, bayangan kita langsung menerawang ke deretan lemari terbuka berisi buku yang tersusun rapi. Lemari-lemari buku itu, biasanya berada pada ruangan khusus. Bahkan, ada pula gedung atau bangunan tersendiri, berupa gedung perpustakaan.

Hari ini tanggal 14 September,  diperingati sebagai “Hari Kunjung Perpustakaan”. Peringatan ini, ditetapkan berdasarkan pencanangan Hari Kunjung Perpustakaan oleh Presiden Soeharto tanggal 14 September 1995.. Bersamaan dengan itu juga dicanangkan, bulan September sebagai Bulan Gemar Membaca.

Berbicara tentang perpustakaan yang berasal dari kata pustaka, kaitannya adalah dengan buku-buku atau kitab-kitab. Tentunya,  untuk membaca buku itu, ada hubungannya dengan, aksara dan huruf, serta angka dan tanda baca. Artinya yang berkunjung ke perpustakaan itu adalah orang yang melek huruf dan tidak buta aksara.
Dengan adanya bulan gemar membaca dan hari kunjung perpustakaan,  maka ini sangat berhubungan dengan literasi yang sekarang juga sedang digalakkan. Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada keterampilan individu  membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu. Kemudian,  hasil dari pegiat literasi , disebut literatur. Literatur berhubungan erat dengan perpustakaan.

Bagi umat Islam, Al Quran merupakan salah satu perangkat literasi yang luar biasa.  Apalagi, isi Al Quran itu diyakini sebagai wahyu dari Allah kepada Nabi Muhammad. Apa yang disajikan dalam kitab suci kaum muslimin itu berupa petunjuk untuk kehidupan di dunia dan bekal kelak di akhirat. Ayat pertama yang disampaikan dalam wahyu Allah itu adakah “perintah membaca”.

Iqra dalam bahasa Arab, yang artinya: bacalah! Berikut disebutkan membaca apa-apa yang belum kamu ketahui   Juga di samping membaca disebutkan tentang menulis dengan kalam atau pena. Jadi, membaca dan menulis itu tujuannya untuk menambah pengetahuan atau ilmu. Dalam penjabarannya,  kita tidak hanya membaca yang tertulis atau tersurat,  tetapi juga membaca yang tersirat. Tertulis bisa dibaca dalam bentuk aksara,  sedangkan yang tersirat, ada dalam rasa.

Sedikit tentang membaca yang tersirat, yaitu  informasi tidak tertulis secara langsung dalam teks. Kita harus berfikir dan memahami ucapan atau tulisan dengan maksud di balik yang nyata itu. Perlu proses untuk mengambil kesimpulan. Dan kesimpulan dari informasi tak tertulis atau terucap itulah yang disebut tersirat.

Contoh paling gampang untuk istilah tersirat. Misalnya kita melihat daun bergoyang, tanpa kelihatan siapa yang menggoyang.  Kita menyatakan daun bergoyang karena angin. Yang tersirat dari angin itu, adalah suatu ilmu. Mengapa ada angin? Karena terjadi gerakan dari udara bertekanan tinggi ke daerah yang udaranya bertekanan rendah. Padahal, kita tidak melihat tekanan tinggi dan rendah itu. Jadi, yang tersirat dalam kalimat digoyang angin itu adalah ilmu pengetahuan tentang alam.  Dan masih banyak  contoh lain.

Setelah cakrawala pandang kita dibuka, maka layak kita membuka lembaran tentang perpustakaan. Baik secara nasional,  maupun internasional.  Di dalam Insiklopedi Indonesia jilid 5  P–SHF, Amsterdam 1987 halaman 2679, diungkap tentang perpustakaan tertua. Waktu itu, 3500 tahun Sebelum Masehi (SM). Perpustakaannya menampilkan tulisan kuno yang tertulis pada tanah liat atau tablet. Perpustakaan pertama  zaman kuno ini ada di Mesopotamia.

Perpustakaan kuno terkenal dimulai di Iskandariyah oleh Ptolemaeus I Soter (305-283 SM). Namun, sangat disayangkan hancur berulangkali, akibat bencana kebakaran.  Banyak perpustakaan pada  masa kekaisaran Romawi.  Waktu itu tradisi perpustakaan hanya dimiliki gereja. Di antaranya Perpustakaan Vatikan (1447). Setelah penemuan mesin cetak, abad ke-15 bermunculan beberapa perpustakaan,  seperti Bodleian Library dan Oxford tahun 1602. Berikut di abad ke-18 berdiri museum nasional besar-besar di berbagai negara.

Di Indonesia,  juga bermunculan perpustakaan di berbagai lembaga pendidikan dan perguruan tinggi.
Di samping perpustakaan umum, juga perpustakaan khusus. Di antara lembaga itu adalah Perpustakaan Museum Pusat, di Jakarta, berdiri tahun 1778. Sedangkan perguruan tinggi,  yang dianggap paling tua dan banyak koleksinya ada di Bogor  berdiri 1842, menyangkut bidang pertanian.

Juga banyak lembaga dan Badan, bidang geologi, pertambangan,  kesehatan, farmasi, kimia, biologi, kesusasteraan, pemerintahan,  penerangan dan sebagainya . Perpustakaan Pusat LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) berdiri tahun 1965. Koleksi perpustakaan tidak hanya buku, tetapi juga dalam bentuk mikrofilm dan mikrifiche. Di era teknologi informasi ini, bahkan ditambah dengan piranti dan perangkat lunak lainnya.

Sekarang,  perpustakaan sudah menyebar luas dari pusat sampai ke pelosok desa. Tidak hanya dikelola pihak pemerintah dan lembaga resmi. Tetapi, juga kalangan swasta,  bahkan perseorangan.

Nah, karena perpustakaan sudah banyak dan tidak terlalu jauh dari rumah kita,  ayo mari kita tingkatkan kegemaran membaca dan mengunjungi perpustakaan.  Mumpung hari ini, 14 September adalah Hari Kunjung Perpustakaan dan Bulan Gemar Membaca, kita berkunjung ke perpustakaan. Kendati demikian,  di masa pandemi Covid-19 (corona virus disease tahun 2019) ini, kita tetap melaksanakan dan mengutamakan protokol kesehatan (prokes).

Kegiatan membaca dan literasi, bisa juga dilakukan dengan kontak ke perpustakaan,  dengan membaca  e-book (buku elektronik). Dan yang paling mudah dan gampang,  kita membaca dari komputer,  laptop, tablet, dan telepon pintar  (smartphone) yang ada di genggaman kita. Pokoknya, mari kita semarakkan berkunjung ke perpustakaan dan meningkatkan semangat gemar membaca. (*)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait