Oleh : H. Asmu’i Syarkowi
(Hakim Tinggi PTA Jayapura
Ada pepatah bijak, “1000 friends are few, one enemy is many”. Maksud pernyataan itu kurang lebih, kita harus berhati-hati terhadap musuh walaupun hanya satu sebab sewaktu-waktu tanpa kita ketahui di mana dan kapan waktunya dapat mencelakai dan/ atau mencelakakan kita. Sedangkan seribu teman kita anggap sedikit sebab dengan jumlah itu pasti tidak akan pernah mampu menolong semua keperluan kita. Oleh karena itu memang sebaiknya kita memperbanyak teman yang perlu kita anggap teman. Jangan membatasi diri dengan jumlah. Dengan aneka keperluan tentu ada baiknya mempunyai teman dari berbagai strata dan status sosial serta keahlian.
Meskipun memperbanyak teman penting, akan tetapi menurut Imam Ghazali tidak semua orang patut dijadikan teman. Dalam tataran tertentu teman, akan menjadi salah satu penentu status diri kita tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Rasulullah SAW bersabda:
Seseorang itu mengikut agama ( cara hidup) temannya. Oleh kerana itu hendaklah seseorang kamu melihat terlebih dahulu siapakah yang patut dijadikan teman. (Hadits Riwayat Abu Daud dan Tirmizi dan Baihaqi).
Di sisi lain, Rasulullah SAW juga bersabda:
“Tidak ada seorang jua pun yang berteman dengan orang lain walaupun hanya satu saat saja, kecuali ia. akan ditanyai pada hari kiamat nanti tentang hak pertemanannya, apakah ia. telah tunaikan padanya hak Allah atau tidak.
Dengan demikian ada sejumlah tanggung jawab sebagai konsekuensi membuat pertemanan. Tanggung jawab ini juga tidak hanya borkosekuensi di dunia tetapi juga akhirat. Oleh karena itu, dalam rangka itu, beliau pun menulis dalam kitabnya Bidayatul Hidayah, sejumlah adab berteman, sebagai berikut:
1. Mengutamakan teman dengan harta bendanya. Jikalau ia tidak kuasa berbuat demikian maka sekurangnya hendaklah ia memberikan kepada temannya apa-apa yang lebih dari hajat dirinya.
2. Menolong teman dengan diri pada segala hajatnya dengan cara bersegera, sebelum berkehendak temannya bahwa ia meminta tolong kepadanya.
3. Menyembunyikan rahasia temannya.
4. Menutup aib temannya.
5. Berdiam dari menyampaikan perkataan orang lain yang mencela temannya.
6. Menyampaikan segala perkataan orang lain yang memuji akan temannya.
7. Mendengarkan dengan baik akan perkataan temannya ketika ia bercakap-cakap.
8. Meninggalkan berbantah dengan temannya.
9. Memanggil temannya dengan nama yang terlebih disukainya.
10. Memuji temannya dengan apa yang diketahui dari kebaikannya.
11. Berterima kasih kepada teman atas kebaikan yang dilakukannya.
12. Mencegahkan orang lain apabila ia mau mengumpat temannya seperti ia membela dirinya sendiri.
13. Memberi nasihat dengan cara yang lemah lembut dan bahasa yang halus apabila ia berkehendak menasihati temannya.
14. Memaafkan dari kekhilafan dan kesalahan temannya dan janganlah mencelanya.
15. Mendoakan temannya apabila ia duduk bersendirian, ketika temannya itu masih hidup atau pun setelah ia mati.
16. Mengekalkan kecintaan terhadap keluarga temannya selepas dari kematian temannya.
17. Jangan suka memberatkan temannya dengan suatu beban dan tanggung jawab, bahkan hendak ia meringankan darinya supaya ia sentiasa senang hati kepadanya.
18. Menyatakan rasa kesukaan dengan segala yang menyukakan hati temannya dan juga menyatakan rasa kesusahan pada segala yang menyusahkan hati temannya.
19. Menyamakan antara hakikat kecintaan yang wujud di dalam hati dengan apa yang nampak di luar, maka dengan itu barulah kecintaan itu dianggap benar.
20. Mendahului memberi salam ketika ia menemui temannya.
21. Meluaskan tempat duduk kepada temannya ketika ia masuk ke dalam majelis dan hendaklah ia berpindah dari tempat duduknya itu ke tempat yang lain ketika ia tidak dapat berbuat demikian.
22. Hendaklah ia bangkit menghantarkan temannya itu (sehingga sampai kepintu rumahnya) ketika ia keluar dari rumahnya.
23. Hendaklah ia berdiam ketika temannya berbicara sehingga ia selesai pembicaraannya, dan janganlah ia suka menyela ketika temannya sedang berbicara.
Akan tetapi menurut Imam Ghazali sebelum kita berteman apalagi memperbanyaknya, juga perlu mengenali tipologi manusia. Menurutnya, ada 3 tipe manusia, yaitu:
1. Orang yang diumpamakan seperti makanan. Seperti layaknya makanan, tentu semua manusia membutuhkannya kapan pun dan di mana pun
2. Orang yang diumpamakan seperti obat yang hanya diperlukan sewaktu-waktu saja.
3. Orang yang diumpamakan seperti penyakit. Agar tidak terkena bahayanya, orang seperti ini tentu akan dihindari oleh setiap orang.
Dalam konteks kehidupan sekarang, orang seperti apakah yang akan kita jadikan teman? Tentu semua terserah kita, karena semua konsekuensi yang ditimbulkan, juga kita sendiri yang akan menanggungnya. Wallahu a’lam.