Jombang | beritalima.com – 23% dari tahun 2021 sampai saat ini masih banyak ditemukan anak-anak dalam kondisi stunting walaupun tidak termasuk kriteria berat namun biar bagaimanapun tetap menjadi indikasi bahwa Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKBPPA) Kabupaten Jombang harus melakukan langkah – langkah perbaikan baik yang sudah ditemukan sebagai stunting maupun langkah pencegahannya.
Demikian hal itu diungkapkan dr. Pudji Umbaran, M.KP selaku Kepala Dinas PPKBPPA Kabupaten Jombang di kantornya, Jum’at (1/4/2022). ia pun menyatakan terkait yang sudah ditemukan stunting biasanya secara tidak sengaja ditemukan dipelayanan misalnya anak-anak dibawa ke posyandu, dibawa ke tempat berobat baik faskes 1 maupun faskes lanjutan.
“Itu ketika dilakukan timbang badan antara umur dengan timbang badan tidak sesuai ditambah lagi dengan tanda-tanda lain tentang anak yang kurang gizi dan sebagainya,” tandas Pudji kepada beritalima.com
Lanjut Pudji dilakukan tata laksana perbaikan melalui pemberian nutrisi. Namun bagi yang mampu kata Kadis PPKBPPA diberikan konseling karena mampu untuk pengadaan sendiri sedangkan yang tidak mampu mendapat bantuan.
“Bantuan – bantuan ini bisa dari Dinas Kesehatan, bisa dari rumah sakit dan bisa dari pihak-pihak lain untuk perbaikan gizinya,” jelas Pudji di lobby DPPKBPPA.
Hal lain dijelaskan Kepala Dinas terkait dengan pencegahan baik di Dinkes maupun di DPPKBPPA ada beberapa langkah kegiatan, salah satunya menerapkan elektronik siap nikah dan hamil (elsimil). Sehingga para calon pengantin yang nantinya akan menikah hingga hamil dan punya anak,.
“Anak harus betul-betul sehat yang terbebas dari stunting. Sehingga kita kerjasama dengan Kemenag, kerjasama dengan PPKB yang ada di kecamatan. Kemudian kita termasuk mempunyai 30.000 lebih Tim Pendamping Keluarga (TPK),” jelasnya.
Tim Pendamping Keluarga diterangkan Pudji, memberikan pendampingan pada calon pengantin yang sudah masuk data elsimil. Harapannya dilakukan terus konseling terkait dengan ketika hamil nantinya ada pendampingan – pendampingan.
“Jangan sampai nanti anak lahir pendapatan kurang, jangan sampai setelah lahir tidak diberikan ASI, jangan sampai terjadi stunting karena biar bagaimanapun 1000 hari pertama kehidupan harus dikawal,” terangnya.
“Jadi 9 bulan 10 hari dalam kandungan plus 2 tahun setelah kita kawal maksimal supaya nanti lahirlah anak-anak yang cerdas yang kuat dan menjadi harapan bangsa,” sambung Pudji.
Ditambahkan Kadis PPKBPPA stunting yang ditemukan dari kalangan mampu akibat pemahaman dan kekeliruan dalam memberikan nutrisi terlebih kesibukan orang tua sehingga menyebabkan anak tidak terurus baik mulai dari kehamilan maupun salah memberi asupan yang pada gilirannya mengalami kekurangan gizi.
“Salah pengelolaan sebenernya mampu misalnya tidak memberi ASI takut gak nyaman dan sibuk. Padahal ASI bisa diberikan tanpa dekat dengan ibunya dengan mengambil ASI-nya lalu dimasukan dalam dot,” pungkas Pudji.
Reporter : Dedy Mulyadi