KUPANG, beritalima.com – Dampak banjir pekan lalu, yang melanda kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, menyebabkan sekitar 500 hektar lahan pertanian terendam banjir.
“ Sesuai hasil koordinasi kita dengan kabupaten Manggarai Barat, yakni yang terdampak banjir pekan lalu adalah padi seluas 500 hektar di kecamatan Komodo. Tanamannya bervariasi, ada yang hampir panen, setengah umur, dan baru satu bulan,” kata Plt. Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Miqdon Abolla kepada wartawan Berita Lima di Kupang, Senin (18/3).
Khusus daerah yang terkena dampak bencana ini, kata Miqdon, pihaknya sudah mengambil langkah dengan mengkoodinasikan ke pemerintah pusat. “ Jadi bagi bagi daerah yang mungkin untuk ditanami kembali itu, pemerintah pusat siapkan benihnya. Kita tunggu data resmi dari kabupaten Manggarai Barat, yakni terkait dengan dimana lokasi, butuh benih jenis apa, dan berapa jumlahnya baru kita drop,” kata Miqdon menjelaskan.
Selain itu, kata Miqdon, di desa Kamanasa, kabupaten Malaka, dilaporkan puluhan hektar tanaman padi terserang hama putih dan blas. Sementara di kecamatan Kupang Timur, kabupaten Kupang juga belasan hektar terserang hama wereng.
“ Luas serangan hama putih dan blas di desa Kamanasa, kabupaten Malaka ada 23 hektar. Sedangkan di kecamatan Kupang Timur, kabupaten Kupang ada 15 hektar,” kata Miqdon menambahkan.
Untuk itu, pihaknya segera berkoordinasi dengan petugas untuk melakukan pengamatan dan tindakan dini. “ Hari ini, segera kita melakukan pengamatan dan tindakan dini. Jadi cara kerja kita adalah cepat melokalisir supaya tidak kemudian melebar, karena hama seperti ini ada peluang untuk berkembang,” jelasnya.
Menurutnya, khusus yang menangani hama, Dinas Pertanian dan Ketahanan NTT sudah punya brigade untuk mendekatkan pelayanan kepada msyarakat. “ Kita menempatkan brigade termasuk, obat – obatan maupun perlatanan. Untuk Flores bagian barat kita pusatkan di Lembor, kemudian di Mbay. Sementara di Sumba, kita pusatkan di Lewa, begitu juga di Timor, Rote dan Sabu kita backup dari Kota Kupang,” ujarnya.
Sementara itu, tambah Miqdon, di beberapa daerah seperti di kabupaten Kupang justru terjadi kekeringan. “ Karena ternyata hujan juga tidak merata, di bagian Kupang Timur sampai di kecamatan Am Abi Oefeto ada tanaman padi yang umurnya sudah satu hingga 1,5 bulan pun, baru dapat hujan minggu terakhir. Kalau kondisi seperti itu, maka tanaman mungkin bisa selamat, tetapi tentu hasilnya tidak optimal, urainya.
Untuk itu, pihaknya terus koordinasi dengan BMKG untuk mendapatkan informasi – informasi ramalan ini berkaitan dengan hujan dan angin untuk diteruskan ke kabupaten, sehingga paling tidak kami bisa mengantisipasi apa yang mereka lakukan ke depan. (L. Ng. Mbuhang)