Kalimantan Timur – Sebanyak kurang lebih 900 pendidik di Kalimantan Timur, baik dari kalangan guru, kepala sekolah, pengawas, dinas pendidikan, kemenag dan bahkan dosen-dosen perguruan tinggi telah mendapatkan pelatihan Progam PINTAR (Pengembangan Inovasi dan Kualitas Pembelajaran) dari Tanoto Foundation.
Pelatihan yang berlangsung mulai bulan September sampai bulan November 2018 tersebut diikuti para pendidik sekolah dari dua kabupaten mitra program yaitu Balikpapan dan Kutai Kartanegara, dan sekolah mitra dan dosen dari Universitas Mulawarman dan IAIN Samarinda.
Pelatihan tersebut meliputi beberapa aspek, pertama, manajemen berbasis sekolah; kedua pelatihan pembelajaran dan; ketiga pelatihan literasi untuk mengenalkan berbagai stretegi meningkatkan literasi anak didik.
Manajemen berbasis sekolah fokus pada dukungan manajemen terhadap pembelajaran di kelas. Sedangkan pembelajaran yang dikenalkan adalah pembelajaran aktif dengan pendekatan MIKIR atau mengalami, interaksi, komunikasi dan refleksi. Pendekatan ini dikhususkan untuk membekali para siswa memiliki lima kompetensi dasar untuk bisa bersaing di era industry 4.0, yaitu: kemampuan berpikir kritis, berkreasi, berkomunikasi, berkolaborasi dan tampil percaya diri.
“Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, dalam MIKIR dilakukan dengan melibatkan para siswa untuk mengamati, mengobservasi dan menganalisis suatu topik khusus dalam mata pelajaran, sampai menyimpulkan secara rasional. Para siswa tidak lagi hanya menerima pengetahuan dari guru lewat ceramah. Mereka mencari sendiri dan menyimpulkan sendiri, tentu dibawah fasilitasi guru,” ujar Khundori Muhammad, spesialis pembelajaran sekolah dasar program Tanoto Foundation Kaltim (18 Desember 2018).
Selama pelatihan, para pendidik juga dilatih untuk membuat pertanyaan tingkat tinggi yang bisa mengarahkan siswa untuk berpikir kritis.
Menurut Khundori, kemampuan berkreasi didorong dengan melibatkan anak-anak untuk menjawab lembar kerja siswa yang mengarahkan siswa untuk kreatif. “Salah satu tujuan pelatihan PINTAR adalah guru mampu membuat pertanyaan yang mendorong siswa berpikir sendiri secara kritis dan kreatif. Selama pelatihan, kami menyaksikan banyak guru belum memiliki kemampuan untuk itu,” tambahnya
Sedangkan untuk membangun kemampuan berkolaborasi, para siswa diarahkan untuk belajar secara berkelompok atau berpasangan, berbagi ide gagasan, dan berdiskusi ilmiah. “Sudah dibuktikan bahwa kerja kolaboratif ilmiah telah melahirkan raksasa-raksasa industri seperti google, whats app dan lain-lain. Raksasa-raksasa Industri tersebut ditemukan berkat kerja kolaboratif ilmiah, bukan hanya satu orang,” ujarnya kembali
Para siswa juga diasah percaya dirinya dengan banyak kegiatan, diantaranya tampil presentasi di depan kelas.
“Era Industri 4.0 adalah era informasi digital dan era disrupsi yang membutuhkan kompetensi seperti itu. Banyak pabrik besar, yang jatuh karena kurang kreatifitas, dan banyak industry kecil meraksasa karena kreatif mencari peluang memanfaatkan kecanggihan teknologi,” ujarnya lagi.
Penyebarluasan Program secara Mandiri
Program pembelajaran PINTAR telah menarik para pendidik di sekolah untuk menyebarluaskan ke para guru yang belum mendapatkan pelatihan. Sekolah-sekolah tersebut melatih para guru dengan biaya sendiri. Hal ini seperti yang dilakukan oleh sekolah- sekolah di Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara yaitu SDN 03, 07, 08, dan 027 yang melibatkan 34 guru, SD 007 Muara Jawa dengan peserta 22 orang, MI Sentra Cendekia Muslim Balikpapan dan lain-lain.
Kemenag Balikpapan juga telah meminta pada Tanoto Foundation melatih 265 guru yang berasal dari 24 madrasah ibtidayah yang akan dilaksanakan pada 5 Januari sampai Februari 2019.
“Karena mereka menganggap pelatihan ini sangat bagus, mereka sukarela membuat pelatihan mandiri. Harapan kita pemerintah nanti mengalokasikan dalam APBD khusus untuk penyebarluasan pelatihan ini, supaya persebarannya semakin massif dan kualitas pembelajaran di daerah mitra meningkat secara merata,” ujar Khundori.
Lahir dari Passion Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Anggota Dewan Pembinda Tanoto Foundation, Belinda Tanoto menyatakan semua program ini dibiayai oleh keluarga Tanoto dari uang pribadi mereka atau bersifat filantropis. “Kami membiayai program yang berlangsung di lima provinsi ini secara sukarela karena passion kami yang besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan,” ujarnya.
Keinginan kuat untuk melakukan itu karena latar belakang pak Sukanto Tanoto yang terpaksa putus sekolah menengah demi membantu orang tuanya bekerja. “Kami percaya tidak boleh lagi ada yang putus sekolah dan pendidikan yang berkualitas mempercepat kesetaraan peluang bagi semua orang untuk maju berkembang, ” ujarnya.
Sebelumnya sejak tahun 2010, Tanoto Foundation telah menjalankan program peningkatan kualitas pendidikan, atau Pelita Pendidikan. Program ini telah bermitra dengan lebih dari 500 sekolah yang menjangkau 43.000 siswa, serta meningkatkan kapasitas dan kompetensi lebih dari 5.000 guru di tiga provinsi, yaitu Sumatera Utara, Riau, dan Jambi.
PINTAR adalah kelanjutan dan pengembangan program Pelita Pendidikan yang juga dirancang untuk menjawab tantangan sistem pendidikan di Indonesia yang kompleks, di mana Indonesia menempati posisi keempat sebagai negara dengan sistem pendidikan terbesar, setelah China, India, dan Amerika Serikat. Lebih dari 250.000 sekolah tersebar di seluruh Nusantara, serta lebih dari 2,6 juta guru dan 50 juta murid. Program PINTAR diharapkan memberi dampak yang lebih dalam dan menjangkau wilayah Indonesia lebih luas.
Mulai tahun 2018 program PINTAR diperluas ke 14 kabupaten dan kota dan 10 LPTK di 5 provinsi, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, dan akan berkembang ke 30 daerah dan bermitra dengan 810 sekolah pada tahun 2019. Bekerja sama dengan pemerintah, yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; Kementerian Agama; Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi; pemerintah provinsi; serta pemerintah kabupaten dan kota; pada 2022 program PINTAR ditargetkan menjangkau 12.000 sekolah di Indonesia.