ACEH, Beritalima-Lembaga Gerakan Anti-Korupsi (GeRAK) menggelar kegiatan talkshow dengan tema “Aceh Hebat, APBA 2019 Arah Pembangunan Mau Kemana?” hal ini disampaikan Ketua GeRAK Aceh Askalani,’’Selasa 29 Januari 2019 di Hotel Kyriad Murraya Provinsi Aceh.
Talkshow yang di hadiri langsung oleh kepala Pemerintahan Aceh yang sekarang di jabat Plt Plt. Gubernur Aceh Nova Iriansyah serta Kepala BI Perwakilan Aceh Aceh Z.Arifin Lubis yang juga jadi Nara sumber dalam Talkshow yang di adakan oleh Gerakan Anti Korupsi Aceh,(GeRAK Aceh).
Pelaksana (Plt) Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah MT menyebutkan, Kepala Dinas Sosial Aceh Drs H Alhudri MM bersama Kepala Pelaksana Badan Penaggulangan Bancana Aceh (BPBA) Teuku Ahmad Dadek, adalah duet maut yang dimiliki Pemerintah Aceh dalam merespon bencana yang terjadi secara tiba-tiba di Aceh.
“Duet Kadis sosial Alhudri dengan Dadek ini adalah duet maut. Saya sudah tes, mereka ini cepat sekali kalau merespon bencana,” ujar Nova Iriansyah. Hal itu disampaikan saat dirinya menjadi pembicara di Talkshow GeRAK Aceh yang bertajuk “Aceh Hebat, APBA 2019,
Pada talkshow tersebut, GeRAK Aceh memberikan penghargaan kinerja selama 2018 kepada Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh Nova Iriansyah, Kepala Dinas Sosial Aceh Alhudri, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Teuku Ahmad Dadek, dan Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Aceh, Mahdinur.
Menurut Nova, Alhudri dalam merespon bencana satu jam sudah berada di lokasi, sebab Dinas Sosial Aceh memiliki Taruna Siaga Bencana (Tagana) di setiap kabuapten-kota di seluruh Aceh.
Dalam diskusi tersebut, Kepala BI Aceh Z.Arifin Lubis menjelaskan, bahwa Bank Indonesia adalah lembaga Negara yang diamanahkan menjaga stabilitas nilai Rupiah yaitu dengan menjaga laju inflasi serta penguatan Rupiah dengan mendorong ekspor.
Selain itu, Bank Indonesia juga mendorong pertumbuhan ekonomi, baik di tingkat nasional maupun Daerah dan mengenai perkembangan kondisi terkini, serta tantangan dan prospek ekonomi Aceh. Secara umum, perkembangan ekonomi Aceh cukup baik, dengan tingkat inflasi yang rendah dibawah level nasional (1,84% yoy), menjadi yang terendah dalam 5 tahun terakhir bahkan lebih baik dibandingkan rata-rata nasional dan Sumatera.
“Pertumbuhan Ekonomi yang positif selama 3 tahun terakhir (sekitar 4%), serta angka kemiskinan dan pengangguran yang menunjukkan tren penurunan,penyaluran kredit perbankan di Aceh terus tumbuh di level positif serta risiko kredit (Non Performing Loan) terus mengalami penurunan hingga berada di level 1,54%.
Dijelaskan pula bahwa Aceh memiliki potensi yang besar di sektor pertanian, perikanan, dan pariwisata. Hasil kajian BI, peningkatan produktivitas di sektor pertanian dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja.
“Terutama di sektor perikanan, kekayaan laut Aceh dengan garis pantai terpanjang di Sumatera membuka peluang tumbuhnya industri perikanan dan garam di Aceh. Selain itu, keindahan alam, jejak sejarah, serta kekhasan Aceh dengan Syariat Islamnya menawarkan potensi penerimaan daerah dan penyediaan lapangan kerja bagi Masyarakat.
Untuk itu tantangan kedepan masih harus dihadapi. Kondisi defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) masih terus membayangi ekonomi nasional. Sementara dari sisi lokal, masih tingginya angka kemiskinan dan pengangguran di Aceh, minimnya industri pengolahan, ketergantungan Aceh kepada provinsi lain serta ketergantungan ekonomi Aceh terhadap APBA perlu mendapat perhatian bersama,’’(A79)