Adaptasi atau Mati

  • Whatsapp

beritalima.com | Adaptasi adalah kesempatan mahluk hidup untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Setiap lingkungan di bumi ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Penyesuaian mahkluk hidup menyebabkan mahkluk hidup memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda pula pada tiap-tiap lingkungannya. Mahkluk hidup perlu menyesuaikan diri agar mampu bertahan hidup dalam lingkungannya. Sehingga adaptasi sangat penting dilakukan mahkluk hidup agar tidak terjadi kepunahan.

Masa prasejarah yang berhasil direkam oleh arkeolog terjadi di Indonesia setidaknya pada 1,5 – 1,6 juta tahun yang lalu. Fosil manusia-manusia purba pertama yang berhasil ditemukan adalah Homo Erectus atau sering disebut dengan Java Man. Selain manusia purba yang berkembang dari waktu kewaktu, Indonesia juga pernah ditinggali oleh beberapa hewan purba yang sayangnya semuanya sudah punah.

Manusia purba Homo Erectus mengalami kepunahan dikarenakan mereka malas, tidak berupaya untuk berkembang maju. Demikian menurut para peneliti dari hasil penggalian arkeologi di Semenanjung Arab telah mendorong dilakukannya satu penelitian tentang bagaimana Homo Erectus, suatu spesies manusia purba membuat peralatan dan bagaimana mereka memanfaatkan sumber alam. Ternyata mereka menggunakan ” strategi minimal usaha ” untuk bertahan hidup. Strategi bertahan hidup ini kemudian menjadi masalah besar ketika lingkungan tempat mereka hidup berubah.

Dr. Shipton mengatakan, ” punahnya Homo Erectus disebabkan karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk merencanakan masa depan “. Mereka hanya merencanakan untuk benerapa jam kedepan, atau mungkin untuk beberapa hari berikutnya. Sedangkan Homo Sapiens dan Neanderthal merencanakan lebih jauh ke depan, seperti rencana migrasi musiman.

Memasuki era revolusi industri 4.0 Prof. Klaus Martin Schwab seorang teknisi dan ekonom Jerman menyebutkan bahwa saat ini kita berada pada awal sebuah revolusi yang secara fundamental mengubah cara hidup, bekerja dan berhubungan satu sama lainnya. Perubahan itu sangat dramatis dan terjadi pada kecepatan eksponensial. Perubahan yang sangat berpengaruh dalam kehidupan di banding era revolusi industri sebelumnya.

Revolusi industri 4.0 menuntut kita untuk segera beradaptasi, berinovasi, berusaha terus menerus meningkatkan ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan era industri 4.0. Sehingga kita akan mempunyai daya saing yang lebih kuat.

Dengan segala potensi yang ada, kita harus menjadi pelaku aktif yang mendapat manfaat atas perubahan pesat itu. Tantangan kedepan adalah meningkatkan skill tenaga kerja di Indonesia, mengingat 70 persen angkatan kerja adalah lulusan SMP. Pendidikan sekolah vokasi menjadi suatu keharusan, agar tenaga kerja bisa langsung terserap ke Industri.

Begitu juga dengan anggaran riset yang cuma 0,3 % dari PDB (pada tahun 2018) harus ditingkatkan. Dibanding dengan negara Malaysia 1,1 %, dan China sudah 2 %. Kedepan Indonesia harus punya lembaga besar yang fokus mengurusi riset dan pengembangan (R&D) supaya muncul inovasi-inovasi baru. Belanja riset termasuk pendirian technopark di berbagai daerah sebagai pusat sekalipun pembelajaran bagi calon-calon wirausaha di era revolusi industri 4.0.

Technopark merupakan salah satu wadah untuk menghubungkan institusi perguruan tinggi dengan dunia industri. Definisi dari Technopark atau Sciencepark adalah sebuah kawasan terpadu yang menghubungkan dunia industri, PT, Pusat Riset dan pelatihan, kewirausahaan, perbankan, pemerintah pusat dan daerah dalam satu lokasi yang menghubungkan aliran informasi dan teknologi secara lebih efisien dan cepat.

Sehingga jika kita ingin survival di era revolusi industri 4.0 ini harus cepat beradaptasi. Revolusi industri 4.0 merupakan eranya rabot pintar yang mempunyai kecerdasan buatan (Artivicial Intelligence) yang akan menggantikan tenaga kerja manusia. Sehingga jika kita tidak mau beradaptasi, berinovasi, dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi akan ketinggalan jaman. Kalah bersaing dengan negara-negara maju yang sudah punya perencaanaan matang, lompatan besar kedepan didalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dimana Jepang sekarang sudah memasuki revolusi industri 5.0 alias Society 5.0.

Society 5.0 bukan hanya tentang teknologi, tapi juga kebijakan dan regulasi. Untuk mengejar ketertinggalan kita harus segera membenahi kebutuhan dasar masyarakat, misalnya transportasi, SDM, dan insfrastruktur. Karena dengan SDM yang unggul akan menjadi senjata pamungkas negara kita supaya bisa berkompetisi dan memenangkan persaingan global yang semakin ketat. Dengan kata lain, mau tidak mau kita dituntut melakukan perubahan pola pikir atau mindset, terus berinovasi, dan beradapatasi ke dalam era revolusi industri 4.0 dan Society 5.0. Kalau tidak akan punah seperti Homo Erectus (Java Man). Bagaimana pendapat Anda.

Surabaya, 19 Agustus 2019

Cak Deky

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *