JAKARTA,-beritalima.com-Melintas di Jalan Kramat Raya Kelurahan Tugu Utara Kecamatan Koja Jakarta Utara maka kita akan melewati rumah kontrakan Afrizal Chandra yang akrab disapa Rizal. Pria kelahiran Solok, 24 September 1969 adalah salah satu yang menjadi sosok wirausaha tangguh di negeri ini.
Pria ini memulai usaha dengan usaha kecil tepatnya berjualan jam tangan dan gas korek api di pinggiran jalan, kini tempat itu telah berubah menjadi Alfamart. Dalam kesederhanaan nampak sepele memang, uang seribu demi seribu rupiah dengan tekun dia kumpulkan dengan menjajakan gas korek api dan menjual serta service jam tangan. Dari ketekunan itu ia mengumpulkan laba. Modal semakin ia perbesar tentu dengan hidup secara berhemat. Usahanya pun bertambah lagi dengan menjual minyak wangi.
Sebelum Rizal ke Jakarta pada tahun 1993 sebenarnya sejak tahun 1991, ketika itu ia masih di kampung halaman. Ia pernah menjadi karyawan di rumah makan padang. Lalu dari hasilnya ia kumpulkan untuk modal membuka usaha dengan menjual sandal. Ketika ia mengadu nasib ke Jakarta usaha itu ia titipkan kepada saudaranya dan bahkan hingga kini usahanya masih berjalan dan ia masih mendapatkan keuntungan dengan system bagi hasil keuntungan fifty fifty.
Kedatangannya ke Jakarta merupakan ajang Rizal mengadu peruntungan. Bermodalkan dengan uang seratus ribu rupiah ternyata ketekunannya membuahkan hasil. Kini Afrizal Chandra tinggal bersama istrinya Deswati yang berasal dari Sawahlunto dan kedua putrinya di rumah kontakan dua tingkat yang ia manfaatkan di atas untuk tempat tinggal dan di bawah untuk berdagang. Ukuran rumah di lantai satu yang berukuran kurang lebih 20 meter persegi ia manfaatkan semaksimal mungkin untuk berniaga.
Kini tidak hanya jam tangan, minyak wangi yang ia jajakan. Nampak kini bervariasa barang dagangan dapat kita lihat di sana. Kacamatan, jam tangan, sandal, dan barang kelontongan lainnya. Kini bahkan terdapat makanan kecil dan minuman panas dan dingin siap saji ia tawarkan kepada masyarakat. Beruntunglah karena kiosnya berada di jalan raya, tempat lalu lalang kendaraan motor dan mobil sehingga memberikan peluang yang besar baginya untuk menjaring pembeli dan meraup laba.
Yang membanggakan bahwa kini Afrizal bersama istrinya mampu membiaya kebutuhan pendidikan kedua putrinya. Putri pertama Liza Esa Natra setamat Sekolah Lanjutan Atas kini bekerja di Restoran Korea di Kelapa Gading sementara putri kedua Suci Novrianti sudah kuliah di LP3I Plumpang duduk di Semester III.
Itu semua karena memang Afrizal sangat disiplin dalam mengelola keuangan. Salah satu trik adalah dengan mengalokasikan keuangan dalam per hari untuk kebutuhsn satu bulan, misalnya untuk biaya pendidikan, biaya makan sekeluarga pagi siang sore, biaya listrik, biaya kebutuhan akan air bersih, biaya pengobatan dan bahkan ada tabungan yang mereka sisihkan untuk mempersiapkan jika keuntungan atau pemasukan omzet satu hari berkurang dari rata-rata dikarenakan tidak berjualan misalnya karena ada keperluan atau sakit. Semua sudah diperhitungkan masak-masak. Dan laba yang mereka dapatkan mereka lipatgandakan untuk modal, demikian seterusnya.
“Kami menyisihkan rata-rata Rp 300.000.- per hari kebutuhan untuk satu bulan ke depannya,” ungkap Rizal dengan senyum bangga. Mengapa tidak? Rizal yang kini berangkat berdagang dalam skala kecil kini telah berdagang dengan skala yang cukup lumayan besar dan mampu membiayai pendidikan kedua putri mereka. Patut menjadi teladan dan sumber inspirasi bagi kita.
Disamping ramah dengan snyuman khasnya, yang menjadi kiat kesuksesannya berniaga sebagaimana ia sebutkan berikut ini, “Dalam berniaga kita harus memiliki jiwa yang ramah, jujur dan setia dalam berusaha terlebih lagi keuletan harus selalu menjadi pegangan kita.” Demikian uangkapnya mmebocorkan rahasia suksesnya.
Memang jika melihat resep yang diberikan adalah ramah dalam melayani pelanggan, jujur, setia dan tekun tetapi hal tersebut ia lakukan dengan konsisten sebab tidak selamanya orang berusaha selalu beruntung besar bahkan bisa saja beruntung kecil. Tetapi bagi Afrizal dia ikuti saja sebagaimana aliran air. Dan tentu saja ketekunan berdoa dan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai sumber berkat dan rejeki. Ia percaya bahwa rejeki juga telah diatur oleh Tuhan dan tidak akan tertukar asal kita senantiasa tekun dan tabah menjalani usaha.
Hari semakin beranjak dari pagi hingga menjelang siang, pertemuan dengan Afrizal dan kisah inspiratifnya ini ia bagikan dengan penuh senyun dengan penuh harapan. Kembali ia melap barang dagangannya yang berdebu karena memang kiosnya persis di pinggir jalan. Dan perpisahan dengan Afrizal siang itu memberikan kesan yang mendalam. Alangkah majunya negeri ini jika memiliki masyarakat yang dapat menerapkan contoh kecil sosok wirausaha tangguh seperti Rizal. Dan semakin dimilikinya jiwa wirausaha dan kreatif yang tinggi pada generasi muda khususnya maka tentu negeri akan semakin maju dengan generasi yang tidak saja mengandalkan untuk bekerja sebagai karyawan tetapi mampu memimpin dirinya dengan nilai-nilai luhur sebagai wirausaha tangguh.
( Johan Sopaheluwakan )