SURABAYA, beritalima.com – Pembangunan infrastruktur di Kawasan Indonesia Timur (KIT) mulai memicu munculnya kawasan kumuh di berbagai wilayah. Pemerintah kini bersiap agar kegagalan pembangunan kawasan perkotaan di Indonesia barat, tidak menular ke kota-kota baru di Indonesia Timur.
Menurut Kepala Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Rezeki Peranginangin, sejumlah kota seperti Jayapura, Porong, Ternate dan Labuan Bajo, sekarang mulai menjadi daya tarik kaum migran.
“Bantaran sungai-sungai di Sorong, sudah mulai muncul permukiman kumuh,” ujarnya dalam sebuah diskusi di Surabaya, Selasa (17/10/2017). Pemerintah berharap agar kumuhnya permukiman kota dan peliknya masalah perkotaan di wilayah barat tidak sampai terjadi di wilayah timur.
Di hadapan perwakilan instansi bidang perencanaan kota seperti Bappeda Jayapura, Sorong, Manggarai Barat dan Ternate dalam acara diskusi tersebut, Rezeki optimis kekumuhan yang mulai terjadi di wilayah mereka masih bisa dirubah.
Munculnya kawasan kumuh di bantaran sungai, lanjut dia, merupakan indikator belum siapnya perangkat kebijakan dan kelembagaan untuk menopang cita-cita perkembangan kawasan timur Indonesia.
Pihaknya tidak ingin kota-kota baru itu akan sering ditimpa bencana akibat terganggunya kawasan hijau oleh ketidakseimbangan kota.
Berdasarkan pengamatannya, Sorong menjadi semakin menarik seiring dengan pembangunan jalur Trans Papua dari Meraoke ke Sorong.
Ibarat pepatah ada gula ada semut, kata Rezeki, pihaknya berharap gula yang disediakan pemerintah tidak lantas membuat para semut sulit ditertibkan.
Tanpa persiapan yang matang, infrastruktur kota yang semakin komplit akan mendorong munculnya urbanisasi yang tak terbendung. Berbagai masalah seperti pengangguran, kemiskinan, polusi, kemacetan, akses air bersih, permukiman kumuh dan sebagainya, harus diantisipasi sebelum situasinya menjadi semakin parah.
Dalam rangka melakukan antisipasi itulah, Kementerian PUPR mengajak perwakilan instansi berbagai kota itu untuk mengikuti diskusi di Surabaya, Selasa (17/10/2017).
“Surabaya bisa dijadikan contoh, karena kota yang di masa lalu sangat gersang dan angka kriminalitasnya tinggi ini sudah berubah menjadi kota yang adem, nyaman dan banyak tanaman,” ujar dia.
Sebagai salah satu narasumber dalam diskusi itu, Staf Ahli Pemkot Surabaya, Johan Silas, mengatakan, kondisi Surabaya sekarang memang sudah jauh berbeda.
“Di sini jarang ada ada pedagang kaki lima (PKL). Mereka bukan diberangus, tapi sudah ditampung di sentra-sentra khusus,” kata Johan Silas.
Pemkot Surabaya, lanjut dia, juga selalu berusaha menjadikan warganya sebagai pemilik kota, sehingga ikut tergerak menjaga dan merawat fasilitas yang ada, terutama adanya lebih dari 100 taman yang bertebaran di segala penjuru kota. (Ganefo)
Teks Foto: Staf Ahli Pemkot Surabaya, Johan Silas (kiri), dalam Diskusi Teknis bertema “Menatap Masa Depan Kota-Kota di Timur Indonesia dalam Perspektif Infrastruktur PUPR” yang digelar Badan Litbang Kementerian PUPR di Surabaya, Selasa (17/10/2017).