JAKARTA, Beritalima.com– Pemerintah dibawah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) harus berani membuat terobosan agar defisit neraca minyak Indonesia dapat diperbaiki secara bertahap
Untuk mencapai itu, kata politisi senior Partai Keadilan Sejahtera di Komisi VII DPR RI yang membidangi Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Mulyanto dalam keterangan tertulis melalui WhatsApp (WA) kepada Beritalima.com, Kamis (12/12), perlu upaya sungguh-sungguh dari pemerintah untuk meminimalkan rasio defisit minyak.
Seperti diberitakan Liputan6.com beberapa waktu lalu, PT Pertamina (Persero) mentargetkan kenaikan produsi minyak&gas bumi (migas) 923 ribu barel setara minyak (Barel Oil Equivalent Per Day /BOEPD) 2020. Target ini lebih tinggi dibanding tahun lalu, 906.000 BOEPD.
Diungkapkan Mulyanto, target produksi yang ditetapkan Pemerintah masih jauh dari kondisi ideal. Berdasarkan data British Petroleum (BP) jumlah produksi minyak Indonesia saat ini 1,18 juta barel/hari. Jumlah konsumsi 1,21juta barel/hari. Artinya, terjadi defisit neraca minyak 54 ribu barel/hari.
Jadi, lanjut wakil rakyat dari Dapil III Provinsi Banten tersebut, target tersebut bukanlah sesuatu yang istimewa. “Masalahnya, selalu saja realisasi dari target produksi yang tidak tercapai. Targetnya terus turun dan juga tidak terealisasi,” kata laki-laki kelahiran Jakarta, 5 Mei 1963 tersebut.
Dikatakan laki-laki pemegang gelar Doctor of Engineering jebolan Tokyo Institute Technology (Tokodai) tersebut, Pemerintah harus segera memulai program peningkatan eksplorasi, lifting dan produksi minyak secara sistematis agar kebutuhan minyak dalam negeri dapat tercukupi tanpa harus impor. (akhir)