Akankah Perang terbuka di Laut China Selatan?

  • Whatsapp
Pengamat militer dan Pertahanan Wibisono

Oleh: Wibisono

Selamat datang di Laut China Selatan (LCS), kawasan perairan yang mencakup banyak negara di Asia Tenggara. Dengan mengandung kekayaan yang melimpah disekitar kawasan tersebut, Laut China Selatan diketahui menyimpan perikanan yang menggiurkan, seperti cadangan minyak dan gas yang diperkirakan oleh pengamat internasional setidaknya setara dengan cadangan minyak di wilayah Meksiko.

Dan kemungkinan merupakan cadangan minyak terbesar kedua setelah Arab Saudi, laut ini salah satu laut yang paling penting secara strategis dan paling diperebutkan diabad ke-21, lalu bagaimana dengan Indonesia?, Indonesia harusnya mengambil peran penting dalam masalah.

Saat ini Kapal induk milik Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) dan China dikabarkan memasuki wilayah perairan Laut China Selatan (LCS) saat ini. Fakta tersebut membawa kekhawatiran baru akan eskalasi antara kedua negara yang meningkat di wilayah perairan yang disengketakan itu.

Amerika Serikat (AS) dikabarkan telah menerjunkan Kapal induk USS Theodore Roosevelt dan kapal serbu amfibi USS Makin Island yang melakukan latihan di LCS sejak pekan lalu. Dua kapal perang itu bergabung dengan kapal penjelajah, kapal perusak, dan kapal amfibi yang lebih kecil.

Bagian utara laut ini mencapai pesisir China, yang mengklaim haknya atas perairan ini secara historis sejak beberapa abad yang lalu. Kini, Beijing mengklaim lebih dari 95 persen Laut China Selatan dan mengandalkan kawasan tersebut sebagai pemasok 85 persen impor minyak mentah China. China juga mengklaim pulau-pulau kecil di Laut China Selatan dan telah membangun sekitar 1.300 hektar lahan untuk menopang sebagian besar infrastruktur militer, termasuk landasan pacu yang cukup panjang untuk bisa menampung pesawat pengebom.

Selama berabad-abad Laut China Selatan memegang peranan penting bagi keberlangsungan ekonomi negara-negara tetangga, yaitu Vietnam, Malaysia, Brunei, Filipina (ASEAN)

Sedangkan negara-negara yang tidak mengklaim kawasan tersebut juga mempunyai kepentingan sendiri. Kawasan perikanan Laut Natuna yang berbatasan dengan Laut China Selatan juga menyimpan cadangan gas alam penting bagi Indonesia.

Lebih jauh lagi, Korea Selatan dan Jepang, walaupun tidak mengklaim kepemilikan atas Laut China Selatan, mengandalkan kawasan bebas tersebut untuk memenuhi lebih dari separuh kebutuhan energi mereka.

Amerika Serikat (AS), yang melindungi kepentingannya dan kepentingan sekutu sekutunya, mempertahankan kehadiran militernya di kawasan tersebut. Pejabat Angkatan Laut AS berencana meningkatkan jumlah armada Pasifik yang bertugas di luar negeri hingga sekitar 30 persen pada tahun 2021-2022.

Sementara ekonomi Asia terus tumbuh dengan mencengangkan dalam dua dekade terakhir, stabilitas regional dan akses ke Laut China Selatan menjadi kepentingan global.

Bentrokan antara patroli angkatan laut China dan armada penangkapan ikan negara-negara tetangga berisiko menimbulkan konflik internasional, mempertanyakan komitmen Washington terkait keamanan di kawasan tersebut.

Banyak negara-negara Barat yang mendesak Beijing untuk mematuhi Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS), yang mengatur zona kontrol maritim berdasarkan garis pantai. Tapi China memandang peraturan pengelolaan maritim yang didukung oleh PBB bertentangan dengan hukum dalam negeri; bahkan China menganggap peraturan tersebut sebagai alat hegemoni barat yang dirancang untuk memperlemah pengaruh China sebagai kekuatan dunia yang semakin luas.

Amerika Serikat (AS), yang telah menandatangani UNCLOS tanpa meratifikasinya, seringkali bergantung pada kesepakatan internasional untuk menyelesaikan sengketa teritorial.

Langkah ini dinilai China sebagai sebuah provokasi. Presiden Xi Jinping, dilaporkan pada hari Minggu (11/4/2021) menugaskan kapal induk pertama negara itu, Liaoning, berlayar ke LCS untuk mengadakan latihan setelah menyelesaikan satu minggu latihan di sekitar Taiwan.

Menurut pakar militer China Wei Dongxu, latihan ini sebagai bentuk tanggapan atas latihan AS yang dianggap sebagai provokasi. Ia menyebut latihan militer China ini diarahkan untuk memperkuat kekuatan pertahanan negara itu.

Akankah terjadi perang terbuka di Laut China Selatan?, Tentunya perlu kita cermati bersama, Indonesia seharusnya menjadi negara yang punya peran strategis dikawasan ini, dan menjadi leader di ASEAN dalam masalah ini, gesekan antara AS dan China pasti akan terus berlanjut, walaupun sampai saat ini hanya “proxy war” saja.

Penulis : Pengamat militer dan Pertahanan

beritalima.com

Pos terkait