SURAT TERBUKA
Kepada Yth.
Yang Mulia Presiden RI
Bapak Ir. H. Joko Widodo
Di
Jakarta
Perihal : Aksi Teroris di Kab. Sigi Sulteng
Dengan hormat,
Bapak Presiden,
Saya sangat yakin Bapak sudah mengetahui telah terjadi tragedi serangan teror kepada penduduk di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, pada Jumat, 27 November 2020 yang menewaskan empat orang penduduk dan pembakaran rumah sekaligus tempat ibadah. Menurut informasi yang saya terima kejadian itu terjadi pukul 08.00 WITA dan pukul 12.00 WIB berita dan foto kekejaman teroris sudah menyebar di media sosial dan media massa.
Selama kurang lebih 3 x 24 jam sejak peristiwa itu saya selalu mengikuti berita tentang hal tersebut. Namun yang membuat saya sedih, kecewa dan prihatin justru berita yang paling saya tunggu-tunggu tidak pernah ada yaitu “Pernyataan Mengutuk Aksi Teroris dan Ucapan Duka Cita dari Presiden RI”. Bagi saya ini sangat aneh, janggal dan tidak masuk akal. Bagaimana mungkin seorang Presiden RI tidak segera tampil di media massa menyikapi aksi teroris super kejam yang terjadi di bagian negeri ini. Sangat tidak mungkin Presiden RI tidak mendapat informasi A-1 terkait aksi teror yang menimpa rakyatnya. Berdasarkan literatur apapun pola serangan yang menimpa korban bukan kejahatan kriminal biasa, tapi jelas terang benderang polanya adalah aksi teroris yang ada indikasi kuat bernuansa SARA. Apalagi Polri sudah memberikan informasi bahwa pelaku kekejaman teror tersebut adalah kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Kemana Presiden saya?
Itu pertanyaan jutaan orang di negeri ini dalam tiga hari terakhir. Mengapa reaksi Bapak Presiden sangat berbeda saat Bapak mengutuk aksi teror di Nice Perancis, bahkan Bapak serta merta mengecam pernyataan Presiden Perancis Emmanule Macrom yang sedang melindungi rakyatnya dari ancaman dan kekejaman teroris. Ada kontradiksi yang sangat kental, saat itu Bapak serta merta mengumpulkan semua pemuka agama dan para Menteri untuk membahas serangan teror di suatu tempat di benua lain. Sedangkan aksi teror terhadap rakyat sendiri di negeri sendiri, Bapak terkesan diam seribu bahasa.
Bapak Presiden yang terhormat,
Memang ada pernyataan Pemerintah yang disampaikan Menkopolhukam Mahfud MD. Tapi bobot psikologi sosial politiknya jauh berbeda dibanding apabila Bapak Presiden menyampaikan kepada rakyat secara langsung dalam waktu yang secepat-cepatnya. Dalam komunikasi politik tentunya Bapak Presiden jauh lebih hebat dibanding saya. Mengapa Bapak tidak melakukan komunikasi politik yang seharusnya? Tidakkah Bapak merasa seluruh rakyat Indonesia sedang menunggu pernyataan Bapak? Apa yang terjadi Bapak Presiden? Terlalu sibukkah Bapak Presiden atau menganggap aksi teror di Nice Perancis lebih penting dibanding aksi teror di Sigi Sulteng?
Satu hal lagi yang ingin saya tanyakan Bapak Presiden yang terhormat. Apakah Bapak pernah mengevaluasi hasil capaian kerja Satgas Tinombala? Sudah berapa puluh bulan mereka bekerja dan sudah berapa milyar uang negara untuk membiayai mereka? Apa hasilnya? Jadi mohon maaf Bapak Presiden, kalau ada dugaan miring dari sebagian masyarakat, jangan-jangan ini hanya sekedar modus agar tugas operasi Satgas Tinombala dilanjutkan? Rakyat Indonesia perlu bukti aksi nyata bahwa dugaan miring itu salah Bapak Presiden.
Bapak Presiden yang terhormat,
Setelah bertubi-tubi beberapa bulan terakhir negeri ini dihantam berbagai masalah mulai penanganan pandemi Covid-19 yang tidak kunjung membaik, silang sengkarut masalah UU Cipta Kerja Omnibus Law, kemudian kegaduhan sosial dan ujaran kebencian yang merajalela dari Pemimpin FPI Rizieq Shihab. Semua masalah tersebut sampai saat ini belum tuntas diselesaikan. Dan sekarang terjadi aksi teror di Sigi Sulteng. Apa yang terjadi di negeri ini Bapak Presiden?
Terakhir, saya hanya ingin menyampaikan rasa kekecewaan saya yang mendalam atas sikap diam Bapak Presiden terkait aksi teror bernuansa SARA yang terjadi di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Secara jujur saya harus mengatakan, akhir-akhir ini saya seperti kehilangan sosok Jokowi yang dulu sangat saya banggakan. Sosok yang penuh empati, penuh perhatian dan peduli terhadap rakyat, sosok tegas tanpa kompromi. Sosok yang menjunjung tinggi keberagaman, sosok yang anti intolerasi dan radikalisme. Kemana Bapak Jokowi yang saya kenal dulu?
Mudah-mudahan saya salah karena saya memang sudah tidak tahu lagi seperti apa Presiden yang saya dukung selama dua kali Pilpres saat ini. Mudah-mudahan Bapak Presiden tidak berubah dan tetap seperti dulu.
Harapan saya meskipun sudah SANGAT TERLAMBAT, sebaiknya Bapak Presiden tampil di depan media massa untuk menyatakakan sikap tegas dan jelas terhadap kasus aksi teror di Sigi Sulteng. Biar rakyat Indonesia tahu bahwa negeri ini masih punya Kepala Negara yang empati dan peduli terhadap keselamatan rakyatnya.
Salam sehat, saya mendoakan Bapak Presiden selalu sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Hormat saya,
Rudi S Kamri
Rakyat Indonesia
30 November 2020