SUMENEP, beritalima.com| berbicara moang sangkal maka yang akan ada di benak kita adalah Sumenep, dimana gerakan tari yang ciptakan oleh taufikurahman (seniman sumenep) pada tahun 1973 tersebut cukup identik dengan daerah tersebut, hampir seluruh ivent dan hajatan baik formal maupun non formal akan selalu diawali oleh tarian inj.
Sebab moang sangkal yang memiliki arti membuang sial tersebut menjadi aktualisasi dari budaya sumenep secara keseluruhan, mulai dari kebiasaan orang madura yang senantiasa memulai sesuatu dengan cara yang sebaik mungkin (patang orang sumenep memulai aktifitas dengan asal-asalan) terutama saat melakukan kegiatan-kegiatan penting seperti memulai membangun rumah, memulai melaksanakan kegiatan hajatan, memulai bercocoktanam, mulai melaut untuk mecari ikan hingga memulai hal-hal yang kecil seperti memulai beraktifitas sehari-hari masyarakat madura akan melakukan persiapan sebaik mungkin sehingga apa yang akan dikerjakan dapat berjalan lancar tanpa halangan apapun, hal itulah yang teraktualisasi dalam tari muang sangkal tersebut.
Selain dari nama unsur-unsur tarian yang ada dalam tari muang sangkan juga merupakan cerminan dari budaya sumenep, seperti penggunaan pakaian legge (dodot madura) yang merupakan pakaian khas putri keraton sumenep, jumlah penari yang harus ganjil yang berupakan pelambang dari keberuntungan, penari muang sangkal yang diwajibkan merupakan gadis perawan yang tidak dalam keadaan haid yang menjadi simbol dari kesucian, serta beras kuning yang sejak dulu dipercaya oleh masyarakat sumenep sebagai media untuk menolak balak.
Unsur unsur diatas terebut sangat melekat dengan masyarakat sumenep, sehingga tidak heran jika tari moang sangkal hingga saat ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat sumenep karena merupakan aktualisasi dari budaya sumenep secara keseluruhan.
Sumber: Media Centre Sumenep