PONOROGO, beritalima.com- Operasi pasar bawang putih yang dilakukan Bulog Subdivre Ponorogo, Jawa Timur, tidak diminati masyarakat. Pasalnya, harga yang dijual Bulog lebih mahal dari harga pasar.
Dalam operasi pasar ini, Bulog membandrol bcwang putih sehargaRp.38 ribu/kilogram. Sementara, harga bawang putih di pasaran terus mengalami penurunan selama sepekan terakhir. Bahkan hari ini (Senin), menyentuh angka Rp.35 ribu/kilogram. Para pembeli yang semula berminat mendekati stan Bulog di Pasar Legi Songgolangit, langsung ‘balik kanan’.
Kepala Bulog Subdivre Ponorogo, Muhammad Rudy Prasetya, mengatakan, harga yang ditawarkan Bulog memang harus sesuai HET demi menjaga stabilitas harga berbagai komoditas yang ada.
“Kalau kemudian komoditas bawang putih harganya di pasaran sudah lebih rendah, maka bawang putih akan kami stop dulu. Tidak akan kami bawa di OP (operasi pasar-red),” kata Muhammad, kepada wartawan, Senin 5 Juni 2017.
Sedangkan untuk harga komoditas lain, masih stabil di angka yang diinginkan oleh pemerintah. Seperti harga gula masih dikisaran Rp.12.500/kilogram, bawang merah Rp.20/kilogram dan cabe dari Rp’70 ribu turun ke angka Rp.30 ribuan/kilogram.
“Ya kita bersyukur harga-harga bisa terkendali. Tapi daerah lain kan ada juga yang harga-harganya masih tinggi. Sehingga komoditas yang ada bisa kita geser ke sana,” tambahnya.
Kabid Perdagangan Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro (Perdagkum) Ponorogo, Toto Basuki, mengatakan, saat ini harga berbagai komoditas cenderung stabil. Dalam monitoring oleh dinasnya, harga cabe rawit mengalami penurunan dari Rp.34 ribu menjadi Rp.26 ribu/kilogram dan bawang merah turun dari Rp.36 ribu menjadi Rp.35 ribu/kilogram.
“Dengan OP kita lihat harga memang stabil. Mudah-mudahan dengan kondisi ini harga di pasaran tetap stabil sehingga bisa terbeli oleh masyarakat,” kata Toto.
Untuk harga gula, lanjutnya, Dinas Perdagkum Ponorogo, sempat mengeluarkan teguran kepada sejumlah pedagang di Pasar Ngrayun yang mematok harga gula di posisi Rp.13ribu/kilogram. Karena di pasaran hanya Rp.12 ribuan.
“Kita langsung datangi. Tapi alasan mereka untuk ongkos transportasi yang tinggi. Karena Ngrayun cukup jauh dari Ponorogo (di lereng Wilis). Tapi setelah kita tegur dan himbau mereka mau menurunkan ke Rp.12.500/kilogram,” pungkasnya (Rohman/Dibyo).