Angkutan Udara Penyumbang Inflasi Terbesar Kedua, BPS NTT Gelar Seminar Nasional

  • Whatsapp

KUPANG, beritalima.com – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar seminar nasional inflasi.

Seminar yang berlangsung di Hotel Harper Kupang mengangkat tema: Tantangan Pariwisata di Provinsi Nusa Tenggara Timur di Tengah Melambungnya Biaya Transportasi Angkutan Udara”.

Kegiatan ini dibuka Kepala BPS NTT Matamira B. Kale, yang dihadiri peserta, BPS kabupaten dan kota, instansi terkait maupun wartawan.

Dalam seminar tersebut menghadirkan tiga narasumber yaitu Direktur Statistik Harga BPS RI, Dr. Windhiasro Ponco Adi Putranto, S.Si., M.Eng, membawakan materi: Inflasi Transportasi Udara dan Dampaknya Terhadap Sektor Pariwisata di Nusa Tenggara Timur, Kepala Bidang Industri dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT, Jhony Rohi, S.H., menyampaikan materi Potensi dan Tantangan Sektor Pariwisata Nusa Tenggara Timur, dan Sari Bandaso Tandilino, SE., M.M., Dosen Jurusan Pariwisata Politeknik Negeri Kupang.

Ketua Panitia Seminar Nasional BPS Provinsi NTT, Fandy Akhmad, dalam laporannya menyampaikan penyelenggaraan seminar nasional bertujuan menyusun laporan selisih harga melalui diskusi, penentuan ide serta merumuskan solusi yang dapat mendukung industri pariwisata NTT

Pelaksanaan seminar nasional juga digelar dalam rangka diseminasi data strategis BPS khususnya data pariwisata dan harga, terutama data inflasi transportasi udara dan dampaknya terhadap sektor pariwisata NTT.

Kepala BPS NTT Matamira Kale, saat membuka kegiatan tersebut mengatakan, isu yang menjadi perhatian utama provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu pariwisata dan dampaknya terhadap perekonomian. Dan, juga bagaimana dampaknya terhadap peningkatan biaya transportasi angkutan udara terhadap pariwisata.

“Kita tahu pariwisata ini oleh pemerintah provinsi menjadi prime mover perekonomian, dan tentunya sebagai prime mover akan memberikan dampak pergerakan perekonomian, baik langsung maupun tidak langsung pada sektor-sektor yang mendukung”, ujarnya.

Ia mencontohkan seperti Labuan Bajo yang sekarang sudah menjadi destinasi pariwisata super prioritas di Indonesia, wilayah NTT yang lainnya juga punya daya tarik pariwisata yang cukup unik, beragam kekayaan budaya dan sumber daya alam yang melimpah, tentu juga memiliki potensi besar di dalam peningkatan pariwisata di NTT.

“Namun, ditengah potensi besar ini kita diperhadapkan dengan kondisi dimana tantangan kita adalah, karena negara kepulauan tentunya pariwisata di dalam provinsi itu sendiri akan dipengaruhi oleh biaya angkutan. Sehingga banyak berperan angkutan udara karena lebih cepat, tetapi ketika harga angkutan udara meningkat tentunya akan berdampak cukup signifikan bagi pariwisata kita”, jelasnya

Dijelaskan Matamira Kale, bukan hanya domestik NTT, tetapi juga dari luar NTT, bahkan mancanegara itu juga akan berdampak pada biaya transportasi.

“Kalau kita bandingkan transportasi di dalam NTT sendiri itu harganya jauh lebih tinggi kalau kita mau ke Jakarta. Kita mau ke Labuan Bajo bisa lebih tinggi dibanding ke Jakarta”, ungkapnya.

Menurut Matamira Kale, BPS selalu merilis inflasi. Dan, terakhir dirilis pada November.

Dimana yang kita rilis pada November itu adalah angka inflasi Oktober. Secara MTM pada bulan oktober NTT gabungan tiga kota inflasi itu mengalami inflasi sebesar 0,42%. Dan salah satu yang mendorong inflasi ini adalah komoditas angkutan udara.
“Jadi terbesar kedua setelah beras”, ujarnya.

Perubahan komoditas angkutan udara itu terus naik sejak Januari 2022 sampai Oktober 2023. Dan angka indeksnya sekarang mencapai 175,84 poin.

Menurutnya, komoditas angkutan udara adalah komoditas yang sering muncul dalam andil pendorong inflasi setiap tahun. (L. Ng. Mbuhang)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait