Anik Maslachah Anggap Kenaikan Kurva Covid-19 di Surabaya Masih Diambang Batas

  • Whatsapp

SURABAYA, Beritalima.com | Surabaya Raya memiliki rekor tertinggi untuk kurva Covid-19 di Indonesia, bahkan angka tersebut mengalahkan DKI Jakarta. Hal tersebut menimbulkan keprihatinan walikota Surabaya Tri Rismaharini, hingga walikota terbaik sedunia ini sampai bersujud di depan IDI saat melakukan diskusi. Hal tersebut ditanggapi oleh wakil Ketua DPRD provinsi Jatim Anik Maslachah, Kamis (2/7/2020)

Menurut Anik kenaikannya memang masih cukup tinggi terutama di Surabaya Raya. Surabaya, Sidoarjo termasuk Gresik, itu salah satu faktor memang tempat rapid test dan PCR tesnya itu semakin banyak.

“Jadi itu sisi positif menurut saya, semakin banyak difasilitasi tempat Rapid tes akan semakin ketahuan warga yang terinfeksi atau reaktif. Sementara PCR test kan beda toh, kalau Rapid test itu kan hanya untuk mengetahui kekebalan tubuh, kalau ketika reaktif maka dilanjut PCR atau test swab untuk mengetahui positif apa enggaknya. Semakin banyak disediakan fasilitas swab test dan PCR oleh pemerintah daerah, saya rasa semakin bagus karena semakin terketahui siapa saja yang terpapar dan siapa yang sehat,” terang politisi besutan PKB ini.

“Kalau sudah semakin terketahui maka solusinya langsung dilakukan tindakan isolasi yang itu berimbas pada pemutusan penyebaran virus itu sedini mungkin. Beda dengan daerah yang Rapid testnya itu kecil, frekuensinya kecil, ketika mendapat kesempatan untuk mengetes apakah dia ODP atau PDP atau Terekom positif, ini kan susah,” sambung wanita cantik berhijab ini.

“Maka implikasinya, datanya kecil artinya sebuah daerah itu kecil besar sesungguhnya juga tidak menjamin utuh bahwa itu bersih, bahwa itu hijau. Tergantung sejauh mana banyaknya rapid test dan PCR test yang dilakukan. Positifnya segera ada tindakan isolasi, negatifnya memang tinggi banget contoh Surabaya,” tukasnya.

“Pemerintah sudah melakukan tindakan pencegahan, mulai edukasi, bagaimana masyarakat tetap harus melaksanakan new normal ini tetap beraktivitas, namun protokol kesehatan harus dilakukan juga. Jadi beraktivitas dengan protokol kesehatan itu menuju new normal. Fasilitas-fasilitas juga dilakukan terus oleh pihak pemerintah, mulai penyediaan Alkes termasuk penambahan penambahan ruang isolasi, karena sudah overload,”jelas Anik.

“Ini dikembalikan kepada kita semuanya. Pandemi Covid-19 ini membutuhkan tindakan kegotongroyongan. Jadi nggak perlu ada rasa ego Sentral, ego sektarian, ini daerahku maka tidak boleh orang menyentuh, atau mempengaruhi, atau intervensi. Ndak bisa begitu. Ini harus kita lakukan bersama-sama, sehingga disinilah butuh peran serta masyarakat agar supaya bisa terkendali penyebarannya. Memang kita bersama yang bisa melakukan karena kalau kita menafikan, kita menyepelekan, ya akibatnya pemerintah akhirnya kewalahan,” tandasnya.

“Kian meningkatnya PDP di Surabaya, bagi saya masih dalam batas normal. Melihat kasus Surabaya itu hanya kesalahpahaman saja, sehingga perlu duduk bersama antara pemerintah provinsi dengan pemerintah Kabupaten, dengan pemerintah kota. Tidak ada hal yang tidak bisa diselesaikan, dan itu sudah pernah terjadi kaitannya dengan mobil ambulans PCR. Menurut hemat saya ada satu hal terpenting agar tidak overload di rumah sakit rujukan maupun ruang isolasi. Perlu kegotongroyongan masyarakat untuk kesadarannya,”lanjut Anik.

“Normal ini tetap melaksanakan aktivitas dengan tetap mematuhi
bersama protokol kesehatan, jika ada rasa kemanusiaan yang sama, kegotongroyongan yang kuat, saya pikir masyarakat juga begitu, harus ada kesadaran yang tinggi biar pemerintah tidak terus menjadi bulan-bulanan dan selalu disalahkan,” tutup Anik.(yul)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait