JAKARTA, Beritalima.com– Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bakal melakukan sinergi platform PT Pegadaian (Persero), PT Permodalan Nasional Madani (PNM/Persero) dan PT BRI (Persero). Hal ini dilakukan agar akses pendanaan PNM bisa lebih murah. Namun, Erick tak menjelaskan detail skema atau bentuk sinergi yang akan dilakukan.
Menanggapi masalah ini, anggota Komisi XI DPR RI yang juga ekonom, Dr Hj Anis Byarwati mengatakan, agar dapat menciptakan sinergi saling menguatkan dibutuhkan perencanaan matang dan roadmap yang jelas terkait holding karena tujuan awal pasti untuk efisiensi dan meningkatkan daya saing.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bidang Ekonomi&Keuangan ini kepada awak media akhir pekan ini mengatakan, holding pada dasarnya merupakan strategi pengelolaan perusahaan yang harus memiliki kesamaan visi, misi dan tujuan.
“Dan, yang kita ketahui memang ketiga perusahaan pelat merah tersebut memiliki amanat yang sama dari Kementerian BUMN yaitu menyalurkan pembiayaan ke segmen UMKM terutama usaha mikro,” jelas dia.
Kalau memang tujuannya meningkatkan efisiensi dan daya saing, Anis menilai, hal itu tentu baik. Tetapi kembali lagi harus dengan pertimbangan dan analisis yang tepat dan tentu saja harus melibatkan pihak-pihak yang dikonsolidasikan yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PMN.
“Hal ini menjadi penting, karena dalam holding, induk perusahaan harus menguatkan sinergi antar anak perusahaan dengan pengkoordinasian, pengendalian dan pengelolaan yang tepat. Ini tak hanya untuk memperkuat posisi keuangan saja, tetapi termasuk di dalamnya aset dan juga prospek bisnisnya,” ujar Anis.
Sejauh pengamatan Anis yang juga disampaikan Menteri BUMN, bisnis model ultra mikro yang dimiliki PNM cukup bagus, tapi pendanaan sangat mahal (9 persen), BRI hanya bisa 3 persen. BRI ke depan diarahkan untuk lebih banyak menggarap UMKM.
Hingga September 2020 porsi portofolio kredit UMKM di BRI mencapai 80,65 persen dari total kredit September 2020 mencapai Rp 935,35 triliun. Direktur Utama BRI Sunarso menyebutkan, dengan arah ini, BRI mengincar porsi pembiayaan UMKM bisa naik ke 85 persen. “Dengan data yang ada, sinergi BRI, PNM dan Pegadaian harus benar-benar memperkuat UMKM,” demikian Dr Hj Anis Byarwati. (akhir)