Oleh:
DR.dr. Robert Arjuna FEAS*
Di minggu pagi yang indah dan santai, saya ikut seminar PIT INTERNA FK UI secara on ne, membuat saya tertarik untuj membahas makan Antibiotik kok bisa resisten,jadi bagaimana solusinya ?
Sebagai praktisi dokter hal ini hampir tiap hari kita jumpa misalnya Bu Merry ksrena infeksi batuk ,maka dia minum Amosan selalu 15 hari kok tak sembuh ,setelah saya ganti ke antibiotik lain 2 hari jadi sembuh,sama halnya pak Untung yang sedang dirawzt dengan kaki busuk di RS sudah 30 hari dengan minum antibiotik
Tetracyclin dari dokter sebelumnya,saya kultur rupanya antibiotik Tetracyclin 500 sudah resisten dan saya ganti dengan Dalacin c300 tak lama luka segera kering dan menunjukkan perbaikan yang bermakna,jadi apa itu resistensi antibiotik, mari kita bahas…..
Banyak orang yang meminu m Antibiotik selalu tidak ikut peraturan,setelah minum 2 hari gejala hilang antibiotikpun berhenti seperti yang dialami Pak Samin karena badan demam,maka dia minum Supratetra sehari 3 kali,Deman sudah turun baru minum antibiotik 2hari diapun berhenti sama halnya pada Bu Satiyem badan deman batuk minumAmosan500 3×1, demam hilang Amosan 500mg stop bilandemam lagi obat diminum lagi,pokoke semau gue orang nyawa bilang sekarepek dewe,olala….
Antibiotik adalah obat yang membunuh (atau menghentikan pembelahan diri) bakteri dan membantu tubuh dalam mengobati infeksi. Resistensi antibiotik terjadi ketika antibiotik kehilangan kemampuannya untuk menghentikan pertumbuhan bakteri dan/atau membunuh bakteri. Karena bakteri terus berkembang biak meski sudah diberi antibiotik, infeksi bisa bertambah berat walaupun telah diberi antibiotik. Semakin banyak antibiotik digunakan, semakin besar resistensi yang dapat terjadi. Penggunaan antibiotik, termasuk pemberian resep yang berlebihan dan penyalahgunaan, mendorong bakteri untuk beradaptasi dan menjadi resisten. Resistensi antibiotik merupakan fakta medis yang membuat dunia kesehatan berfikir keras untuk menemukan solusinya. Antibiotik merupakan terapi antimikroba yang digunakan untuk mengatasi penyakit infeksi. Penggunaan antibiotik haruslah rasional, tepat, dan aman. Penggunaan yang tidak rasional dapat berdampak buruk, seperti terjadinya resistensi mikroba terhadap beberapa antibiotik, efek samping obat yang meningkat, dan yang paling berat adalah kematian akibat infeksi berat. Resistensi antibiotik adalah kemampuan mikroba untuk bertahan hidup terhadap efek obat sehingga tidak efektif dalam penggunaan klinis.
Pada tanggal 18-24 November merupakan Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia. Peringatan tersebut memiliki beberapa tujuan, yang salah satu diantaranya adalah untuk meningkatkan kesadaran akan Resistensi Antimikroba/ Antimicrobial Resistance (AMR) secara global.Resistensi antibiotik alias kekebalan terhadap antibiotik, adalah kemampuan bakteri untuk menahan efek dari obat, akibatnya bakteri tidak mati setelah pemberian antibiotik dan fungsi obat tersebut tidak berkerja sama sekali pada tubuh.
Terdapat beberapa macam mekanisme kerja antibiotik, yaitu:
1. Gangguan pembentukan dinding sel
2. Gangguan fungsi membran plasma
3. Gangguan pembentukan asam nukleat
4. Gangguan pembentukan protein
5. Gangguan metabolisme folat
RIWAYAT RESISTEN ANTIBIOTIK
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) memperkirakan bahwa di Amerika Serikat, lebih dari 2 juta orang setiap tahunnya mengalami infeksi yang resisten antibiotik dan menyebabkan setidaknya 23.000 orang meninggal dunia. Untuk mengatasi masalah ini, pihak berwenang fokus pada langkah-langkah untuk mencegah infeksi, melacak bakteri yang resisten, menghemat penggunaan antibiotik tercanggih yang ada untuk diberikan pada pasien dengan infeksi resisten, dan mempromosikan pengembangan antibiotik baru.
Resistensi antibiotik terhadap bakteri dapat menyebabkan akibat yang fatal. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang kebal terhadap pengobatan mengakibatkan bertambah lamanya seseorang menderita suatu penyakit, meningkatnya resiko kematian dan semakin lamanya masa rawat inap di Rumah Sakit. Ketika pengobatan menjadi lambat bahkan gagal, pasien dapat menjadi inang bakteri (carrier). Hal inilah yang memungkinkan resistensi antibiotik terjadi pada lebih banyak orang.
Penelitian yang dilakukan WHO menyimpulkan bahwa angka kematian infeksi E. coli 2 kali lipat lebih tinggi pada bakteri resisten dibanding bakteri tidak resisten.Pada infeksi pneumonia, angka ini berkisar di 1,9 kali lipat, dan 1,6 kali lipat pada infeksi S. aureus. Di Eropa, 25.000 kematian disebabkan oleh infeksi yang resisten setiap tahunnya, dan menyebabkan kerugian lebih dari 15 juta US$ untuk biaya kesehatan dan hilang produktivitas pekerjaan.Resistensi antibiotik menyebabkan waktu rawat inap yang bertambah sebanyak rata-rata 4,65 hari, dan waktu rawat ICU sebanyak 4 hari
Beberapa cara bakteri untuk membentuk resistensi antara lain:
1. Memproduksi enzim yang dapat merusak antibiotik
2. Perubahan dinding/membran sel bakteri, sehingga obat tidak bisa masuk
3. Perubahan jumlah reseptor obat di sel bakteri, sehingga obat tidak bisa berikatan
Dan lainnya.
SOLUSINYA
Ada antibiotik yang dapat melawan sebagian besar bakteri resisten. Kuncinya adalah
1. menemui dokter yang dapat mengidentifikasi masalah dan mengobatinya dengan tepat.
2. Menangani infeksi dengan antibiotik yang benar
3. Melacak penyembuhan infeksi dapat membantu mencegah timbulnya komplikasi serius karena infeksi.
PENYEBAB RESISTENSI ANTIBIOTIK
Resistensi antibiotik dapat terjadi melalui proses natural. Biasanya melalui perubahan atau mutasi genetik. Beberapa jenis bakteri menetralisasi antibiotik dan membuatnya menjadi tidak berbahaya untuk bakteri tersebut. Bakteri lainnya belajar untuk mengeluarkan antibiotik dari tubuhnya sebelum memberikan efek merugikan. Kemudian, bakteri bisa juga mengubah struktur luarnya sehingga antibiotik tidak dapat menempel dan membunuh bakteri tersebut.
Tidak dapat dimungkiri bahwa pemakaian antibiotik, terutama secara berlebihan dan salah sasaran, turut mempercepat proses resistensi antibiotik. Sering kali antibiotik bisa didapatkan secara bebas. Masyarakat awam pun dengan mudah menggunakannya secara tidak tepat dan tanpa indikasi medis. Contohnya adalah pemakaian antibiotik untuk penyakit yang kebanyakan disebabkan oleh virus, seperti pilek, sakit tenggorokan, infeksi sinus, infeksi telinga, dan sebagainya. Setiap kali seseorang mengonsumsi antibiotik, maka obat tersebut akan membunuh bakteri yang sensitif terhadap antibiotik. Namun, bakteri yang resisten antibiotik tidak akan mati dan bebas berkembang biak. Akibatnya, lama kelamaan kebiasaan pemakaian antibiotik akan berperan pada penambahan jumlah bakteri yang resisten.
PENCEGAHAN RESISTEN ANTIBIOTIK
1. Mencegah timbulnya infeksi dengan cara menjaga kebersihan, mencuci teratur dengan benar, melakukan vaksinasi.
2. Konsumsi antibiotik hanya jika diresepkan oleh dokter atau tenaga kesehatan.
3. Selalu habiskan antibiotik.
4. Jangan pernah menggunakan antibiotik sisa.
5. angan menggunakan antibiotik bersama-sama orang lain.
Kita perlu menggunakan antibiotik secara bijak supaya angka kesembuhan meningkat serta mengurangi lama rawat inap, pembiayaan, penularan kepada orang lain, angka kesakitan juga kematian dan tentunya mencegah resistensi.
KESIMPULAN
Mekanisme kerja antibiotik adalah dengan mengganggu pembentukan dinding sel, fungsi membran plasma, pembentukan asam amino, dan metabolisme folat dari bakteri. Pemberian antibiotik berfungsi untuk menurunkan jumlah bakteri yang menginfeksi tubuh pasien. Penggunaan antibiotik secara tidak bijak dan rasional akan mengakibatkan terjadinya resistensi melalui berbagai mekanisme. Resistensi antibiotik menyebabkan pasien menjadi lama sembuh, kemudian dapat menyebabkan pasien karier yang dapat menyebabkan infeksi bakteri yang resisten pada pasien lainnya.
Penggunaan antibiotik secara tepat, rasional, dan bijak dapat mencegah resistensi antibiotik. Dukungan dari pemerintah dengan membuat Permenkes serta program combating antibiotic resistance dari WHO dapat meningkatkan program pencegahan resistensi antibiotik. Peran serta semua pihak baik dari sisi medis, sisi pasien, dan pemerintah dapat meningkatkan pencegahan resistensi antibiotik yang pada akhirnya diharapkan meningkatkan mutu kesehatan masyarakat Indonesia.
RobertoNews 1523 《22.8.22(07.00)》
• Praktisi Dokter & Penulis Ilmu Kesehatan