Apa Itu Metode Cuci Otak/ DSA, Untuk Apa.?

  • Whatsapp
Dr. dr. Robert Arjuna MD PhD

Oleh:
DR.dr.Robert Arjuna FEAS
Beberapa tahun belakangan ini semakin banyak ditemukan penyakit yang berkaitan dengan pembuluh darah otak, atau yang dikenal dengan istilah Cerebrovascular Disease (CVD). Pasien dengan CVD dapat mengalami kondisi yang beragam, mulai dari pusing dan sakit kepala menahun, rasa kebas pada bagian tubuh, kelemahan lengan dan tungkai, gangguan keseimbangan, bahkan penyumbatan aliran darah hingga pendarahan otak.

Kita mendengar metode “cuci otak” yang ditetapkan oleh mantan menteri kesehatan Dr. Terawan Agus Putranto berhasil buat dunia kedokteran geger dimana banyak mereka yang ada kelainan mental dan pisik pada otak secara keseluruhan berhasil banyak disembuhkan walaupun biaya mahal namum antri menunggu terapi banyak sekali.

Metode pengobatan DSA “cuci otak” (brain washing) atau yang dalam istilah medis disebut Digital Subtraction Angiography (DSA) sampai saat ini memang masih menimbulkan kontroversi. Terapi yang diterapkan oleh mantan Menteri Kesehatan RI dokter Terawan Agus Putranto saat masih dinas di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta ini memang mendunia. Biaya DSA sendiri kabarnya mencapai puluhan juta rupiah.Biaya ” cuci otak” ini memang seedikit mahal karena biaya pengobatan bisa membengkak adalah karena adanya pemeriksaan lain atau penunjang medis. “Kaitannya dengan penyakit-penyakit lain yang diderita pasien. Itulah yang membuat biaya perawatan membengkak,
Dalam tindakan DSA atau brain flushing faktor utama yang diperhatikan adalah keselamatan pasien. “Investasi paling penting (selama perawatan DSA) adalah safety (keselamatan) untuk pasien. Harga enggak terlalu dinomorsatukan. Nomor satu itu safety pasien. Sudah jadi pedoman di sini,” beber Terawan.

Terapi cuci otak dr Terawan sendiri sistemnya seperti menyemprot “gorong-gorong” aliran darah yang tersumbat dengan air yang mengandung sodium chloride. Ketika pembuluh darah lancar lagi, maka semua akan berubah dan jaringan sel pun berfungsi kembali.
Di Brain and Spine Center, pasien memiliki lebih banyak pilihan penanganan medis mulai microsurgery hingga kateterisasi otak atau yang kerap disebut dengan Digital Subtraction Angiography (DSA). Menurut dr. Nur Setiawan Suroto SpBS(K), kehadiran DSA dapat memberikan pilihan kepada para pasien untuk berobat. Dia meyakini bahwa ke depan, tren DSA semakin banyak. ”Kasus stroke meningkat setiap tahun sehingga tindakan kateterisasi ikut bertambah banyak,”DSA merupakan tindakan untuk menggambar pembuluh darah dengan menyemprotkan zat kontras agar dapat dideteksi oleh alat X-ray melalui film. Terdapat dua fungsi tindakan DSA. :
1. Fungsi diagnostik a mendeteksi kondisi pembuluh darah, seperti kelainan pada pembuluh darah, risiko stroke penyempitan pembuluh darah, dan adanya sumbatan pada pembuluh darah.
2. Fungsi terapeutik atau sebagai tindakan untuk pengobatan pada gangguan pembuluh darah dengan cara memasukkan obat atau alat.
Berbagai pengobatan bisa dilakukan dengan DSA.Di antaranya embolisasi pembuluh darah yang mengalami varises otak, coiling untuk aneurisma pemasangan ring pada pembuluh darah otak, serta penanganan stroke karena penyumbatan atau karena pecahnya pembuluh darah.Tindakan DSA juga sering digunakan sebagai tindakan sebelum menjalani operasi tumor otak. Embolisasi pada pembulu darah akan dilakukan agar tumornya kering, sehingga operasi bisa lebih cepat, lancar, dan tidak membutuhkan persediaan darah yang banyak.

APA ITU DSA/ CUCI OTAK ..?
Seiring kemajuan teknologi kedokteran dan perkembangan ilmu penyakit saraf (neurologi) kini kondisi di dalam pembuluh darah otak sudah dapat dievaluasi secara langsung menggunakan Digital Subtraction Angiography (DSA). DSA adalah prosedur kedokteran yang mampu memvisualisasikan aliran di dalam pembuluh darah, khususnya pada bagian kepala dan leher. Modalitas DSA merupakan prosedur endovascular yang menjadi gold standar untuk semua tindakan pembuluh darah otak. DSA biasanya dilakukan sebagai kelanjutan dari data pencitraan lain, seperti CT-Scan atau MRI.DSA dilakukan di ruangan khusus yg disebut cath lab. Prosedurnya sendiri menggunakan selang halus (kateter) yang dimasukkan melalui pembuluh darah di lipat paha. Tindakan DSA umumnya memakan waktu 30-40 menit dan hanya membutuhkan pembiusan lokal, sehingga pasien sadar selama prosedur dilakukan.

Tidak ada syarat khusus untuk bisa menjalani prosedur ini, hanya pasien akan diambil sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium dan dianjurkan puasa 4 jam sebelumnya. Enam jam pasca tindakan umumnya pasien sudah boleh beraktivitas seperti semula.Kasus yang dilakukan tindakan DSA antara lain adalah stroke iskemik/penyumbatan, dimana terjadi hambatan aliran darah akibat adanya penyempitan pembuluh darah yang menuju otak (arterial stenosis). DSA juga bermanfaat pada kasus perdarahan otak, atau dikenal dengan sebutan stroke hemoragik. Perdarahan otak yang terjadi secara spontan, tanpa didahului benturan kepala, biasanya dipicu oleh hipertensi yang tidak terkontrol atau ada bagian pembuluh darah yang rapuh. Pembuluh darah yang rapuh ini dapat berupa suatu arteriovena malformation (AVM) atau aneurysma.asien dengan keluhan pusing dan sakit kepala menahun seringkali tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan CT-scan dan MRI. Gejala ini bisa jadi akibat adanya bagian pembuluh darah dengan aliran yang terlampau tinggi, atau secara medis dinamakan AV Fistula. Kelainan fistula pembuluh darah ini hanya dapat dideteksi melalui DSA.Pada beberapa kasus mungkin diperlukan prosedur lanjutan. Misalnya pada kasus penyempitan pembuluh darah yang berat, bisa dilakukan pelebaran menggunakan balon kateter (balloon angioplasty) dan pemasangan cincin (stent). Sedangkan pada kondisi pembuluh darah yang rapuh, seperti pada AVM dan aneurysma, bisa dilakukan embolisasi dan coiling guna memperkuat pembuluh darah serta mencegah perdarahan ulang. Pada pasien yang menderita sakit kepala menahun akibat AV Fistula bisa dilakukan tindakan endovascular untuk menutup aliran pada fistula.

Metode tindakan DSA dilakukan dengan cara membuat sayatan kecil pada pangkal paha atau pembuluh darah tangan. Kemudian, melalui sayatan, alat kateter dimasukkan menuju ke target tempat yang dicurigai terdapat kelainan.n namun, sebelum melakukan tindakan DSA, pasien wajib melakukan pemeriksaan pada fungsi ginjal. Fungsi ginjal harus agus, jika tidak bagus maka kontras tidak bisa terbuang sehingga berakibat toxic pada tubuh.Risiko tindakan DSA kini lebih kecil dibandingkan dengan tindakan konvensional, di mana pasien harus menjalani operasi vital, seperti pembukaan tempurung kepala yang juga dapat mengakibatkan infeksi. Tindakannya dilakukan dengan teknik operasi minimal invasive sehingga aman, tanpa nyeri, dan minim risiko.

Demikian ulasan singkat pengetahuan yang dikenal dengan metode “cuci otak” yang kita kenal dan dengar sehari hari di masyarakat kita.kita harapkan rakyat sehat ekonomi tumbuh, merdeka !
RobertoNews 1016 《 29.8.21(11,35)》
• Praktisi Dokter & Penulis Ilmu Kesehatan

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait