BANDUNG, beritalima.com | Indonesia sesungguhnya mewakili warisan leluhur yang sangat berharga yaitu pijat tradisional Nusantara. Dalam perkembangannya terjadi asimilasi dengan budaya pijat mancanegara. Jika ditinjau dalam pendekatan historis sesungguhnya para raja, permaisuri, dan masyarakat lainnya sejak dulu memang suka dipijat. Hal tersebut terbukti dari relief-relief bebatuan yang ada di candi – candi.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang pijat tradisional Indonesia, media mewawancarai pakar pijat tradisional, sekaligus Ketua Umum Asosiasi Pijat Tradisional Indonesia (APTI) Dede Farhan Aulawi. Dede ditemui sesaat setelah memberikan pelatihan Manajemen Pemasaran Jasa Pijat kepada seluruh jajaran pengurus dan anggota APTI di sekretariat Rumah Para Pecinta Ilmu (RUMPPI) di jalan Mega Asri I no. 8, Cicendo – Bandung pada Minggu (28/7).
Pada kesempatan tersebut Dede menjelaskan bahwa dirinya berkeinginan untuk mengangkat kembali derajat luhur warisan nenek moyang di bidang pijat tradisional Indonesia. Seandainya masyarakat tahu dan dilatih pijat tradisional secara benar, sesungguhnya tidak perlu lagi belajar pijat ke luar negeri. Indonesia itu merupakan satu negara yang sangat kaya dengan warisan budaya bangsa. Pijat tidak bisa dimaknai hanya sekedar ngurut – ngurut anggota badan saja, karena anggota badan kita memiliki kontur serat otot sendiri. Begitupun dengan sistem sirkulasi darah, sistem rangka atau tulang, sistem syaraf dan lain – lain. Semua perlu dipelajari secara benar agar tidak salah langkah dalam melakukan pijatan – pijatan, baik di area kaki, tangan, pinggang, punggung atau leher. Oleh karena itu APTI sendiri sudah mencetak 7 angkatan, dan sebentar lagi akan diselenggarakan pelatihan pijat angkatan ke 8. Ujar Dede menjelaskan.
Sementara terkait dengan pelatihan manajemen pemasaran jasa pijat yang baru saja dilakukan, Dede menjelaskan bahwa hal itu dimaksudkan sebagai upaya dalam membantu seluruh anggota APTI dalam memasarkan jasa pijat nya. Orang tidak akan tahu secara tiba-tiba bahwa kita bisa memberikan jasa layanan pijat, kalau kita sendiri tidak memasarkan nya. Oleh karena itu, pada kesempatan pelatihan ini diajarkan tentang konsep pemasaran dan desain penyusunan konsep dan strategi pemasaran. Konsep mix marketing harus bisa diterapkan secara sederhana dalam memajukan layanan jasa pijat ini. Di sinilah peran APTI, sesuai dengan visi dan misinya akan terus memajukan pijat tradisional Indonesia. Namun demikian, juga tidak boleh melupakan berbagai upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat kesejahteraan seluruh anggotanya. Termasuk juga menjelaskan konsep digital marketing agar proses dan penetrasi pasar bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Jelas Dede mengakhiri wawancara.