MADIUN, beritalima.com: Para peneliti situs arkeologi sektor Kedaton dari Balai Arkeologi Yogjakarta yang melakukan penelitian di situ Ngurawan Dusun Ngrawan Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun, Jawa Timur, sementara menyimpulkan tentang keberadaan benteng kuno di sekitar desa tersebut.
Tak hanya itu, di daerah tersebut juga diduga kuat merupakan permukiman dengan lapisan masyarakat yang cukup lengkap. Namun luas struktur yang selama 10 hari digali belum bisa dihitung.
“Kesimpulan sementara dari penggalian dan survei ke sekitar lokasi, kami menyatakan di sini pernah ada permukiman kuno. Dari survei juga kami simpulkan secara sementara bahwa daerah Ngurawan ini dikelilingi oleh sebuah benteng besar meskipun kami belum memiliki bukti arkeologis yang kuat,” terang Ketua Tim Ekskavasi dari Balai Arkeologi Yogyakarta, Rita Istari, kepada wartawan, Jumat 30 September 2016.
Benteng tersebut, lanjut Rita, merupakan sebuah batas wilayah dari sebuah kerajaan kecil atau sejenisnya. Diperkirakan benteng tersebut sangat luas namun titik-titiknya belum terungkap. Ini terlihat dari temuan-temuan yang ada di sekitar rumah warga.
“Selama sekitar 10 hari ekskavasi dan survei, tim menemukan 20 titik yang merupakan tinggalan arkeologi. Mulai dari struktur bangunan seperti yang paling akhir digali, yoni batu yang telah ditemukan sebelumnya, berbagai gerabah dan berbagai artefak lainnya,” tambah Rita.
Untuk permukiman kuno yang diperkirakan ada pada sekitar abad ke-13 sampai abad ke-14, Rita yakin terdiri dari berbagai lapisan masyarakat. Terutama pembagian kasta atau golongan yang terdiri dari kaum ksatria dan kaum sudra (rakyat biasa).
“Terlihat dari gerabah, ada yang halus ada yang kasar. Yang halus sangat mungkin dibuat oleh orang ahli dan dimiliki oleh kaum priyayi atau ksatria. Sedangkan gerabah kasar dimiliki kaum rakyat biasa,” paparnya.
Para peneliti juga memperkirakan permukiman tersebut memiliki kelengkapan fasilitas umum. Seperti adanya candi sebagai tempat pemujaan dan tempat bersuci atau petirtaan. Sedangkan agama warganya diperkirakan adalah agama Hindu Syiwa.
“Warga sudah menemukan ada yoni yang terbuat dari batu yang dipahat secara halus. Ini artinya ada candi batu di sini tapi kita belum mendapatkan petunjuk di mana lokasi tepatnya,” lanjut Rita.
Untuk itu, tim merekomendasikan agar dilakukan ekskavasi lanjutan. Ekskavasi di masa mendatang tersebut diharapkan berisi ahli-ahli lain lintas bidang pengetahuan. Mulai dari arkeologi, sejarah, geologi hingga arsitek.
Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta, Siswanto, mengatakan, dari temuan yang ada, direrekoendasikan untuk dilakukan ekskavasi sampai tuntas sesuai target. “Targetnya adalah mengungkap warisan arkeologi yang ada, tercatat secara akademis, sesuai dengan data yang ada saat ini,” kata Siswanto.
Menurutnya lagi, hasil ekskavasi akan disampaikan juga ke Pemerintah Kabupaten Madiun agar lebih mendapat perhatian. Memang, Ngurawan atau Ngrawan belum bisa disebut sebagai daerah cagar budaya.
“Meski begitu, berbagai temuan yang ada tetap harus dilindungi. Warga dan pemerintah harus benar-benar menjaganya agar tidak beralih ke tangan yang tidak bertanggung jawab. Dan kita harus lengkapi dulu penelitian dan kelengkapannya. Setelah itu bisa diusulkan ke Pemda setempat untuk dijadikan sebagai cagar budaya,” paparnya.
Menurutnya lagi, situs Ngurawan berpotensi untuk menjadi sebuah lokasi wisata. Yaitu wisata edukasi kesejarahan. “Di situ nanti bisa dilihat informasi dari benda-benda yang ditemukan. Seperti tahun pembuatan, fungsi, tinggalan zaman kerajaan mana, dan sebagainya,”pungkas Siswanto. (Dibyo)