Surabaya – Mendengar Gus Din sapaan akrab dari Syafrudin Budiman SIP akan maju Bakal Calon Walikota (Bacawali) Surabaya 2020-2025, Tengku Rina artis pemain film dan opera ini menyatakan siap medukung dan turun gunung berkampanye. Kata gadis cantik yang biasa disapa Rina ini tidak perlu banyak mikir dan akan mendukung Gus Din maju membangun Surabaya lebih baik.
“Aku dukung Bang Gus Din deh. Saya kenal baik dan beliau orangnya visioner, terutama dibidang seni, budaya, pertunjukan dan kreatifitas seni,” puji Rina saat dihubungi, Minggu (02/02/2020) di Jakarta.
Menurutnya, dirinya mengenal Gus Din aktivis sosial budaya, politik dan konsultan media. Katanya, Gus Din banyak membantu saya dibidang publikasi di kegiatan seni, film, pertunjukan dan even. Bahkan juga, sering membuatkan berita profil artis dan tokoh seni dan budaya.
“Gus Din orangnya baik dan banyak membantu di publikasi dan kampanye media. Tulisan-tulisan-nya oke banget, enak dibaca dan memiliki wawasan imajinasi yang kuat,” terang Rina yang lahir 10 Juli ini.
Terakhir kata Rina, dirinya bernjanji ke Gus Din siap turun ke Surabaya dan berkampanye dengan menggelar pertunjukan seni dan Budaya. Rina juga mengatakan, perjuangan kepedulian pada kesenian perlu didukung oleh pemerintah, agar seni dan budaya mendapat tempat yang layak.
“Kalau Gus Din jadi Walikota Surabaya, saya yakin ditangan dirinya nasib kesenian akan lebih maju dan berkembang dengan inovasi yang ada,” tandasnya.
Mengenal Tengku Rina, Pemain Film, Sinetron dan Opera.
Putri pasangan Almarhum Tengku Mhd Arief Hermaya dan Chafriani Doremi ini memang tak perlu diragukan. Rina mengaku, karir yang kini digelutinya berawal dari dunia modelling. Ia juga mengaku memant sejak kecil sangat ingin terjun ke dunia entertain, seni dan budaya.
Putri kedua dari lima bersaudara ini menjelaskan, perjalanan karirnya justru tak berjalan mulus. Karena untuk memperjuangkan cita-citanya itu, wanita yang sempat mengecap pendidikan di SD Angkasa 2, SMP Muhammadiyah 01 Medan dan SMU Negeri 10 Medan ini, harus dihadapkan dengan perjuangan hidup yang cukup berlika-liku.
“Aku dulu sempat berjualan koran, menjadi SPG, jadi orang kantoran sampai jadi pegawai bank, semuanya sudah saya lewati. Tapi semua itu tetap saja tak bisa membendung niat saya untuk tetap menggapai cita-cita yang saya impikan sejak dulu. Semua pengalaman yang sudah saya lewati cukup menjadi modal untuk lebih maju,” urainya penuh senyum.
Baru-baru ini Tengku Rina tampil sebagai arakter ‘Maria Zaitun’ dalam pertujukan teaternya dengan konsep Republic Of Performing Arts di Belarusia. Gadis kelahiran Medan keturunan keluarga Melayu-Belanda ini, mengeksplore semua potensi agar benar-benar maksimal dan berkarakter.
Sebelum berangkat tampil di Lyceum Belarusia State University, Minsk, Belarusia mewakili Indonesia dalam kompetisi Festival Teater International yang cukup bergengsi dengan katagori Amateur Youth. Di dalam even ‘XVI Teatralny Kufar International Theatre Festival 2019’ yang diselenggarakan pada tanggal 18 – 25 November 2019. Tengku Rina dua bulan lebih latihan di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jl. Cikini Raya, Menteng Jakarta.
“Saya benar-benar tampil maksimal di pentas Festival Tearter ini Rabu, 20 November 2019 kemarin, saya sangat menjiwai peran dan mengikuti sesuai arahan sutradara. Bangga rasanya bisa tampil di pagelaran internasional,” terang Tengku Rina saat itu.
Tengku Rina bercerita bahwa karakter Maria Zaitun adalah sosok Pelacur Dewasa atau STW (red-Setengah Tua) yang terlunta-luta dari kota satu ke kota lainnya. Kenapa bisa begitu? karena sebagai perempuan pekerja seks komersial Maria Zaitun terkena penyakit kelamin sifilis dan lainnya.
Bahkan Maria Zaitun kata Tengku Rina, sudah minta pertolongan Pastur di gereja dan orang-orang lainnya. Akan tetapi, Maria Zaitun tetap ditolak sana-sini.
“Namun akhirnya sesuai ending cerita naskah, Maria Zaitun ketemu dengan lelaki baik yang mau merawatnya. Pada akhirnya mereka jatuh cinta dan menikah hidup bahagia. Itulah kisah singkatnya,” jelas Tengku Rina mediskripsikan sosok Maria Zaitun.
Republic Of Performing Arts sebagai satu-satunya wakil Indonesia dalam festival teater internasional tersebut sukses mementaskan lakon Maria Zaitun. Drama yang diadopsi dari sajak Nyanyian Angsa karya WS Rendra dan ditulis ulang Amien Kamil, sekaligus sutradara.
Saat penampilan Tengku Rina dkk berhasil memukau penonton, juri dan peserta festival yang diikuti 12 negara.
Selain itu Rina juga termasuk pemain Film The Lawyers Pokrol Bambu yang digarap sutradara Azar Fanny yang merupakan film pertama yang dirilis oleh besutan rumah produksi PT Erwin Kallo Films. Film yang menyajikan latar belakang kehidupan profesi pengacara dan dikemas dalam sebuah cerita komedi satir, penuh humor dan menghibur.
Sederet artis populer ikut terlibat dalam produksi film rumah produksi baru ini yaitu Roy Marten, Dicky Candra, dan Rina Hasyim. Selain itu dihadirkan artis
Kartika Berliana, Tanty Saragih, Jerio Jeffry, Musdalifah Basri (komika), Tengku Rina, Poeljangga, Dika Anggara, Mugi Elman, Nayla Erwin, dan lainnya.
Sebelum laga primer 16 Mei 2019, Rina bersama lainnya berkesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan para artis dan pendukung film The Lawyers Pokrol Bambu. Tengku Rina hadir bersama Tanty Saragih, Poeljangga dan Ketua Umum DPP Al Maun, M. Rafik Perkasa Alamsyah yang mendukung kawannya Tengku Rina di Cafe Luwak, Kawasan Epicentrum, Rasuna Said, Jakarta, Rabu (15/05/2019).
Di film The Lawyers Pokrol Bambu ini Rina memerankan sosok Cessie yang berprofesi sebagai pengacara jalanan yang dalam kehidupan sehari-harinya mencari klien kesana kemari dengan bayaran ala kadarnya. Dan bahkan ada yang bayar berupa ayam atau sayur, sehingga malah sering terlilit hutang diwarung.
Dalam film ini Rina menangani kasus perceraian Nina Tanjung (Kartika Berliana dan Johan Nabawi (Jerio Jeffry). The Lawyers Pokrol Bambu sebuah film yang unik dan seru, pasti beda dengan film yang lain.
Saat ini Rina lagi sibuk persiapan shooting sinetron dan aktif kampanye penolakan pembangunan hotel di Taman Ismail Marzuki (TIM). Rina bersama seniman- seniman dari banyak latar belakang seniman, sering melakukan protes dalam bentuk pertunjukan operasi.
“Tiap minggu ada aksi penolakan di TIM dan aku selalu hadir. Aku ikut happening art dan show jalanan sebagai wujud protes terhadap masuknya kapitalisme bisnis/ekonomi ke ruang kesenian,” tegas Rina optimis. (red)