Aset Perbankan di NTT Capai Rp 34,696 Triliun

  • Whatsapp

WAINGAPU, beritalima.com – Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Nusa Tenggara Timur menyebutkan, total aset perbankan di Nusa Tenggata Timur, baik bank umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sudah mencapai 34,969 triliun, atau meningkat sekitar 8,26 persen dibanding tahun lalu. Sedangkan secara nasional aset perbankan tumbuh sebesar 9,31 persen.

Kemudian dana pihak ketiga (DPK) yang terdiri dari Giro, Tabungan, dan Deposito sebesar Rp 25,6 triliun, atau tumbuh 8,3 persen. Sementara secara nasional pertumbuhan dana pihak ketiga adalah 6,5 persen.

” Jadi secara persentase masih lebih tinggi penghimpunan dana pihak ketiga perbankan di NTT,” kata Kepala otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTT, Robert Sianipar saat berbicara dalam Pelatihan Wartawan Ekonomi tentang ‘Sinergi antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTT dan Otoritas Jasa Keuangan NTT di Waingapu, Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kamis (28/2).

Sementara penyaluran kredit perbankan di NTT, lanjut dia, sudah mencapai Rp 29,2 triliun. Pertumbuhan kredit 14,3 persen, lebih tinggi nasional, yakni 11,8 persen.

Ia menjelaskan, penghimpunan dananya Rp 25,6 triliun, tapi bisa menyalurkan Rp 29,2 triliun, karena pembiayaannya ada yang namanya kantor cabang. ” Jadi ada antar cabang bank di daerah tertentu yang cenderung dia kuat di banding pendanaan. Ada di daerah itu sesuai dengan situasi ekonominya banyakan lending. Jadi bank itu akan menyalurkan dana antar kantor. Dari kantor katakanlah di luar NTT masuk ke NTT untuk disalurkan, karena memang pasarnya masih menyerap kredit,” jelas Robert.

Hal yang menarik lainnya, kata Robert, dilihat komposisi per kabupaten/kota, dana penyumbang pihak ketiga terbesar di NTT, yakni pertama, Kota Kupang, Ende dan kabupaten Manggarai.

Sementara itu, penyaluran kredit sektor ekonomi tebesar adalah pemilikan peralatan rumah tanggal lainnya, termasuk pinjaman multiguna. “ Ini menarik nanti karena pergerakan sektornya searah dengan pergerakan ekonomi Provinsi NTT. Sekarang diarahkan ke sektor pariswisata, selain pada pertanian dan sektor peternakan,” ujarnya.

Kemudian, sektor terbesar penyaluran kredit sebarannya yang paling tinggi ialah Kota Kupang, kedua kabupaten Belu.

Waktu berkunjung ke kabupaten Belu, kata Robert, pihaknya menanyakan hal itu. Yaitu apa yang lagi marak sehingga pertumbuhan kredit bisa tinggi setelah kota Kupang dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di NTT.

“ Jadi yang menarik adalah jumlah banknya itu, lebih lengkap jaringkan kantornya di situ dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di luar kota Kupang. Ini menarik karena pembukaan kantor cabang atau jaringan kantor itu, akan mendorong pertumbuhan. Jadi ke depan akan mendorong bagaimana bank – bank itu ketika memperluas jaringan kantor itu masuk ke daerah – daerah yang bisa mendorong ekonominya,” jelasnya.

Sementara rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) perbankan di Nusa Tenggara Timur mencapai dua persen. Jadi lebih rendah dari ambang batas yaitu sebesar 5 persen. Masih lebih rendah dari nasional tiga persen. Kalau dipilah lagi secara jenis bank, yakni bank umum konvensional satu persen, Bank Syariah 0,6 persen, BPR 3,55 persen.

Sedangkan utang pembiayaan tumbuh sebesar 20 persen, dana pensiun juga tumbuh, modal ventura yang sedikit mengalami penurunan sebesar 8 persen. Sedangkan untuk pasar modal, lanjut Robert, total investor di NTT telah mencapai 5.723 investor yang sudah bermain di pasar modal.

“ Jadi paling banyak ini individu 5.702 orang. Kalau yang di pasar modal pembelian saham ini sudah mencapai Rp 117 miliar, paling banyak di kabupaten Sikka. Jadi investor di sana yang investasi di pasar modal khususnya dalam bentuk saham di kabupaten Sikka sudah mencapai Rp 56,09 miliar dari total Rp 117 miliar,” katanya.

Kegiatan Pelatihan Wartawan Ekonomi tentang ‘Sinergi antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTT dan Otoritas Jasa Keuangan NTT di Waingapu, Sumba Timur, berlangsung mulai 28 Februari hingga 2 Maret 2019, yang diikuti peserta 30 orang wartawan, baik dari media cetak, elektronik dan media onilne. (L. Ng. Mbuhang)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *