BANYUWANGI, beritalima – Pulau Merah adalah salah satu ikon Kabupaten Banyuwangi yang lagi berbenah menyongsong era global. Pulau Merah terletak di desa Sumberagung Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi. Pesona Pulau Merah sangat menakjubkan pantai dan pasirnya yang bersih.
Kemerahan serta deburan ombaknya mengulung indah silih berganti bergemuruh seakan menyapa pengunjung untuk mengucapkan selamat datang di Pulau Merah. Pulau Merah bagaikan putri yang sedang bersolek di depan cermin, menatap wajahnya yang masih muda belia, ingin rasanya dewasa nanti kelak ia menjadi kembang desa yang menjadi rebutan kaum adam.
”Ombak berkejar kejaran, bersenda gurau sambil berbisik kecil seakan mengaingatkan pengunjung yang sedang bermain air laut, agar jangan berlama-lama berenang di laut nanti bisa masuk angin he he he,”ujar laut sekedar mengingatkan.
Dari kejauhan nampak gunung batu ditumbuhi pepohonan hijau, Nampak juga bebatuan terhampar mengelilingi gunung batu tersebut, seakan melengkapi keberadaan Pulau Merah sebagai Pulau yang menyimpan banyak kenangan indah tentang keelokannya.
Dibibir pantai sejauh mata memandang terlihat bukit-bukit menghijau, sesekali terdengar suara burung elang yang lagi berburu mangsanya, terdapat pula kursi pantai untuk berjemur dan bersantai bagi para pelancong melepaskan penat setelah seharian berjalan-jalan di pantai pasir putih kemerah-merahan.
Pantai Pulau Merah sangat menjanjikan dan cocok bagi olah raga surfing, banyak tempat di Bali untuk yang satu ini. Tetapi di Pulau Merah tidak kalah bagus nya untuk olah raga selancar air, karena gelombangnya cukup tinggi mencapai 4 meter sangat ideal untuk berselancar pemula.
okMenyambut era globalisasi ini sektor pariwisata kita jangan sampai tertinggal oleh Negara tetangga seperti, Malaysia, Singapura dan Thailand. Kabupaten Banyuwangi 3 tahun terakhir ini telah melakukan gebrakan cukup signifikan, di berbagai daerah wilayah kabupaten Banyuwangi saling bahu membahu dari rt sampai kecamatan di dukung penuh oleh pemerintah Kabupaten yang begitu getol membangun kepariwisataannya.
Bersatu bersama rakyat, Pegawai Negeri Sipil, dengan niat tulus dan tekad bekerja bersama demi kamajuan pariwisata Banyuwangi. Kalau semua ini tidak kita lakukan dengan tulus maka, mustahil pariwisata Banyuwangi selamanya tidak akan menjadi kenyataan,”kata Anas.
Menurut hemat saya Anas sadar betul dimana persaingan semakin ketat, apalagi di era globalisasi ini kalau kita hanya setengah hati membangun kepariwisataan, kita hanya memikirkan untung ruginya saja selalu tidak berpihak kepada rakyatnya, kita tidak berani mengambil resiko untuk tidak korupsi jangan harap kepariwisataan Banyuwangi akan terbang tinggi.
Kepariwisataan Banyuwangi harus ditata rapi di menej dengan baik, tidak ada celah untuk berpikir negatif selalu fokus ke depan jangan tolah toleh lirik sana lirik sini, tapi juga jangan terlalu lurus kedepan nanti malah masuk jurang.
Maksudnya jalan tidak selalu lurus akan tetapi berbelok-belok, berkelok-kelok, turun naik dan terjal, perjalanan masih panjang jangan keburu puas apa yang sudah dicapai maju terus pantang mundur raih cita-citamu, tanpa mengesampingkan keagungan Tuhan Yang Maha Esa dengan kesadaranku yang tinggi, aku bersapda I love you Pulau Merah Banyuwangi.
Pulau merah memiiki arti penting bagi masyarakat. Warga, yang banyak mengantungkan hidup dari keberadaan pulau ini. Seperti Suyiitno, salah seorang live guard yang sehari-hari menjaga dan memberikan pertolongan kepada para wisatawan bila mengalami insiden atau musibah di laut.
ok1Suyitno dan rekan-rekannya rela tidak dibayar oleh pemerintah untuk menjaga pantai. Padahal kisah dia, sebelum ia menjadi sukarelawan di pulau ini ia adalah seorang live guard di pantai kuta Bali. Karena panggilan hatinya ia lantas mengabdikan diri untuk menjaga kampung halaman dan meramaikan dunia pariwisata yang kini tengah dapat dinikmati.
“Dulu waktu di Bali saya dibayar oleh pemerintah. Ya tidak besar hanya 3 juta. Tapi disini saya rela tanpa bayaran saya berniat membangun daerah saya demi kemajuan pariwisata dan memberikan lapangan kerja bagi warga,” terang Suyitno.
“Untunglah disini kami juga bisa mendapatkan penghasilan, seperti beli walky talky, papan selancar, memberikan les selancar, menyewakan tenda, dll. Pandapatan kami ya dari sini,” ungkapnya bangga dengan pulau merah yang kini tengah bergairah di sektor pariwisatanya.
Namun ia terang-terang menentang jika ada investor masuk membuat hunian atau tempat penginapan di wilayah sekitar pulau merah. Alasannya warga akan tidak kebagian hasil dari keberadaan usaha ini. “Kami beserta masyarakat sudah sepakat untuk menolak dibangunnya hotel di sekitar wilayah ini (pulau merah) karena kami akan tidak kebagian dari manisnya dunia wisatawan disini,” ungkapnya.
Kini harapan untuk sinergi dengan pemerintah daerah terus menjadi harapan yang tak kunjung pupus dalam mengembangkan dan melestarikan wisata alam di tanah kelahiran tercinta. Ia berharap kepedulian pemerintah menjadi nyata seperti pembinaan-pembinaan kepada para pelaku usaha kecil menengah, pembinaan tenaga live guar, dll yang selama ini dibiayai dari jerih payah mereka sendiri. (m.untung suprianto)