JAKARTA, Beritalima.com– Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menunjukkan kemarahannya kepada para menteri yang menjadi pembantunya di Kabinet Indonesia Maju (KIM) karena dinilai tidak memiliki aura krisis dan tanpa memahami prioritas yang harus dikerjakan di tengah Indonesia diserang wabah pandemi virus Corona (Covid-19).
Bila menteri tidak memiliki aura krisis dan tidak pula memahami prioritas yang harus dikerjakan, ungkap pakar komunikasi politik Universitas Esa Unggul Jakarta, Muhammad Djamiludin Ritonga kepada Beritalima.com, Rabu (5/8) siang, para pembantu Jokowi itu sangat tidak layak memimpin sebuah kementerian.
Sebab, lanjut Jamil, demikian laki-laki ini akrab disapa, menteri itu adalah seorang pemimpin yang pada era wabah pandemi Covid-19 seperti sekarang, seharusnya memiliki kemampuan mengidentifikasi krisis dan cekatan dalam mengatasinya.
Untuk itu, kata Jamil, pemimpin harus dapat menetapkan skala prioritas yang harua diambil agar krisis segera dapat diatasi. “Jadi kalau dua hal itu tidak dimiliki sebagian menteri Jokowi, tentu sulit diharapkan mereka akan dapat mengatasi krisis yang dihadapi Indonesia saat ini. Justeru yang terjadi, dampak pandemi covid-19 bukan berkurang tapi semakin kompleks dan meluas,” kata Jamil.
Karena sebagian menterinya memang tidak layak memimpin di era krisis, lanjut bapak dua anak ini, seharusnya Jokowi secepatnya melakukan reshuffle kabinet. Artinya, segera mengganti pembantu dia yang tidak mampu bekerja di tengah krisis seperti yangdialami Indonesia saat ini.
Kalau tidak, kata Jamil, dihawatirkan krisis yang terjadi di Indonesia saat ini bakal semakin dalam, meluas, dan kompleks. “Sayangnya, Jokowi hanya berteriak-teriak saja akan melakukan reshuffle kabinet tapi tanpa realisasi sampai saat ini tidak ada.”
Kalau Jokowi terus seperti yang dilihat masyarakat beberapa pekan belakangan ini, marwa kepemimpinannya bakal terus tergerus sehingga rakyat semakin tidak percaya dengan kepemimpinnya sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.
Jadi, untuk menyelamatkan Indonesia dari krisis, lanjut Jamil, Presiden Jokowi tidak perlu terus menerus marah. “Lakukan tindakan nyata dengan reshuffle kabinet agar Indonesia dapat keluar dari krisis Covid-19. Penggantian kabinet itu hak Presiden. Karena itu, Jokowi harus berani keluar dari belenggu koalisi gemuk yang mendukungnya. Tanpa keberanian itu, Jokowi hanya bisa marah, marah pada menterianya. Ini jelas tak elok dilihat rakyatnya,” demikian Muhammad Jamiludin Ritonga. (akhir)