SURABAYA, beritalima.com | Kebijakan KONI Jawa Timur terhadap hasil Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) VI 2019 yang digelar di Gresik, Lamongan, Bojonegoro dan Tuban, 6-13 Juli 2019 dipertanyakan oleh KONI Kota Surabaya. Pasalnya kebijakan KONI soal impor atlet dari luar, dinilai akan membuntu nasib atlet atlet peraih medali Porprov Jatim.
“ Nasib atlet-atlet peraih medali harus jelas kelanjutannya, jangan sampai atlet atlet ini hanya berakhir di Porprov yang menghabiskan anggaran miliran rupiah ” kata Ketua Umum KONI Kota Surabaya, Hoslih Abdullah (21/7/2019).
Menurut Cak Dulah, sapaan akrabnya ketua KONI Surabaya ini, menyampaikan usai gelaran Porprov jika tanpa ada kelanjutan terhadap nasib peraih medali, maka semuanya akan sia-sia karena ini juga menyangkut anggaran KONI nantinya.
“Hasil Porprov harus dimaksimalkan, sehingga, pada lima tahun yang akan datang, Jatim punya kekuatan dari atlet-atlet asli Jatim. Waktu lima tahun cukup untuk mendapatkan atlet potensial. Rumusannya seperti apa, KONI yang lebih tahu,” ujarnya.
Jika hal itu dilakukan, lanjut Cak Dulah Jatim tidak akan kesulitan mencari atlet lagi untuk menghadapi PON nanti, bahkan tidak perlu harus mengimpor atlet atlet dari luar daerah.
“Kualitas atlet atlet dari Jatim bagus bagus, saya yakin nanti tidak perlu mengimpor atlet dari provinsi lain. Kalau tetap merekut atlet luar, maka yang dicari bukan prestasi, tapi prestise,” ujarnya.
Memang tidak mudah untuk menarik arlet daerah ke Puslatda Jatim, karena terbentuk berbagai faktor, izin orang tua dan sekolah, menjadi pertimbangan atlet untuk ditarik ke Puslatda. Namun, masih menurut Cak Dulah, pembinaan atlet bisa disentralkan di daerah. KONI bisa memberikan kepercayaan kepada daerah yang memiliki prestasi olahraga tertentu untuk membina atletnya.
“Misalnya di Kediri, apa andalanya. Demikian pula daerah lain. Artinya kan butuh kepercayaan juga dari KONI Jatim. Karena ini menyangkut anggaran juga,” imbuhnya.
Demikian juga dengan pelatih. Tak perlu pelatih daerah ditarik ke Surabaya. KONI Jatim bisa memberikan pelatihan kepada pelatih dengan iptek yang berbasis sport science di mana pelatih itu bermukim.
“Saya setuju pelatih sekarang harus punya ilmu kepelatihan yang berteknologi tinggi. Sekarang eranya teknologi. Pelatih harus mau dibina agar lebih maju cara melatihnya,” tandasnya. [RR]