Atlit Menembak Jombang Dijalankan Apa Adanya Dulu

  • Whatsapp

JOMBANG, beritalima.com – Ketua Pengda Perbakin Jombang, H. Basori pimpin atlit Jombang, selama ini Perbakin dianggap olahraga berkantong tebal padahal menurutnya tidak demikian melainkan asal ada kemauan dapat tersalurkan meskipun tidak punya dana tapi punya skill, punya kemampuan menembak hingga menjadi atlit Perbakin, maka secara otomatis akan mendapat suport.

“Kita membuka secara lebar untuk masyarakat Jombang terutama olahraga menembak, kita menghapus mindset mereka bahwa bermain senjata api ini adalah orang kaya padahal tidak seharusnya. Kami dari Perbakin memberi kesempatan luas buat masyarakat Jombang, terutama yang hobi menembak,” tandas H. Basori, Sabtu (8/4/2017) di Kantor Sekretarian Perbakin.

Lebih lanjut dikatakan Basori, tujuan Perbakin di Jombang adalah untuk membesarkan Perbakin dan mengharumkan kota Jombang, bila dapat mencetak atlit otomatis nama Jombang akan terbawa. Sedangkan jenis senapan atlit menembak terbilang relatif karena ada yang murah dan ada yang mahal. Maka dari itu sekarang ini menggunakan senapan lokal dan tidak menggunakan senapn impor, maksudnya agar atlit menembak yang baru tidak terlihat grogi.

“Dari Perbakin sudah punya bengkel dan teknisi senjata atlit menembak dimana anggota baru tidak diarahkan ke senjata yang sudah berkelas, melainkan memberikan senjata kelas lokal. Dalam arti bisa memberikan mereka yang sangat murah, kemungkinan dengan uang Rp500 – Rp1,5 juta sudah bisa membeli senjata. Namun pada dasarnya Perbakin Jombang belum mengarahkan ke senjata api terlebih dahulu, kita masih pengenalan senjata air soft gun, air gun, pcp, dan senapan angin,” tuturnya kepada beritalima.com di Jombang.

Dengan demikian ditandaskan Ketua Pengda Perbakin Jombang, atlit baru tidak menggunakan senjata api karena harus dikaji lebih dalam baik secara perseorangan maupun secara psikologi karena membawa senjata api tidak boleh sembarangan karena sangat membahayakan. Sebetulnya semua senjata itu membahayakan tinggal bagaimana cara pandangnya, misalnya digunakan untuk kejelekan pasti membahayakan semua pihak namun digunakan untuk kebaikan pasti untuk menoreh prestasi olahraga.

“Apapun bentuknya untuk olahraga pasti membahayakan apalagi menggunakan senjata api tapi kalau memangnya untuk tujuan yang baik akan pasti akan menjadi kebaikan. Sementara yang sudah terdata berdasarkan data klub sekitar 200 orang. Karena klub menembak ada dua, yaitu YPSC dan HG 9, sementara yang baru masuk bernama klub baret merah masih menunggu SK dari Perbakin,” terangnya.

Dijelaskan, YPSC sendiri anggotanya 100 orang, sedangkan HG 9 kurang lebih mencapai 60 sampai 70 orang. Sementara lapangan tembak untuk atlit menembak di Jombang terbilang masih sangat muda. Jika dibebankan semua oleh Pemerintah menurutnya sulit bergerak. Maka dari itu membesarkan olahraga menembak dengan semangat sendiri, hingga terbitnya Pengcab Perbakin Jombang atas jerih payah bersama tim.

“Sebenarnya kita tidak membicarakan dana lebih dahulu, karena apa yang ada ini kita nikmati dulu, sampai ketertarikan masyarakat itu tinggi. Ibarat orang kita mancig dulu biar olahraga ini dimengerti dulu, pasti mereka mao bergabung, yang nyatanya sudah banyak bergabung. Alhamdulillah sudah dapat suport dari koni untuk dana pembinaan, sebesar Rp20 juta per tahun kendati terbilang tidak cukup, sedangkan harga senapannya untuk bertanding senilai Rp20 juta,” jelasnya.

Masih hal yang sama, kendati harga senapan senilai Rp20 juta tapi belum yang lain – lainnya seperti telescop. Syukurnya Pengcab Perbakin Jombang mampu melaksanakan apa adanya hingga tidak muluk – muluk. Sedangkan pelatih meskipun sekarang ini tidak menggunakan pelatih tapi suatu saat akan didatangkan dari Perbakin untuk tingkat nasional. dedy mulyadi

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *