(Sumber foto: Family Guide Indonesia)
beritalima.com | Ramadan adalah hal yang paling ditunggu oleh semua umat Islam di dunia. Sahur, banyak orang melaksanakan kegiatan ini bersama dengan keluarga. Salah satunya adalah keluargaku. Aku sahur bersama dengan Ayah, Ibu, dan kedua adikku.
Ayah, sosok laki-laki serba bisa, tak pernah mengeluh dan selalu menjadi tempat bersandar untuk anak-anakmu. Pada Ramadan seperti ini tak jarang ketika sahur Ayah membuatkan makanan untuk anak-anaknya. Ayah juga membantu Ibu dalam menyiapkan makanan dan minuman untuk berbuka puasa. Baik Ramadan maupun tidak, Ayah juga pasti akan melakukan aktifitas ini, sehabis ia pulang kerja.
Suatu hari, ketika semua orang masih terlelap dengan tidur nyenyaknya, kau bangun lebih dulu. Untuk apa? Kau bangun untuk membuatkan telur dadar pedas kesukaanku. Walau rasa kantuk datang, kau sama sekali tidak menunjukkannya. Dengan semangat berkobar kau memantapkan kaki bangkit dari tempat tidur, lalu melangkah pasti ke dapur. Tanganmu sangat cekatan dalam hal memotong, mengulek, dan menggoreng.
“Mau makan apa? Mau Ayah masakkin apa?” itulah yang selalu kau tanyakan kepadaku. Tak sedikitpun ada rasa bosan, jengah, dan malas mendengar pertanyaan yang selalu kau berikan. Alih-alih aku senang mendengarnya, pertanyaan itu bagai air terjun yang menyejukkan. Ucapan itu bagai air yang mengalir melewati kerongkongan sebagai pelepas dahaga.
Aku salut kepadamu, Ayah. Tak hanya salut, akupun takjub dan terpukau dengan kepiawaianmu dalam menangani dan mencampurkan bumbu-bumbu dapur menjadi masakan sederhana yang mampu mengenyangkan perut siapapun yang memakannya.
Peluh bercucuran mengalir di wajahmu ketika kau sedang memasak. Secapai apapun kau beraktifitas, kau tetap memasak untuk anak-anakmu. Kau berperan sangat penting selain Ibu dalam hal memasak.
Aku selalu menceritakan tentangmu kepada teman sekolahku, dengan bangganya aku bercerita bahwa kaulah yang menyiapkanku bekal di setiap harinya. Nyatanya memang benar, hampir setiap hari Ayahlah yang menyiapkan bekal.
Kini, masakan favoritmu adalah jamur krispy. Jamur dengan campuran telur, tepung terigu, dan bumbu krispy mampu membuat anak-anakmu terheran-heran. Jamur krispy yang kau buat sangat berbeda jauh dengan jamur krispy yang dijual pada kebanyakan orang.
Ayah, aku sangat menyukai masakanmu. Aku juga menyukai masakan, Ibu. Bahkan tak hanya aku, ketika teman-temanku berkunjung ke rumah, mereka tak kunjung henti memuji masakanmu. Mereka juga tak bosan memakan masakan sederhanamu.
Ayah, walaupun kau bukan juru masak di restoran terkenal, masakanmu tak ada tandingannya menurutku. Sederhana, enak, dan lezat adalah bukti nyata. Dibuat dengan cinta serta kasih sayang untuk anak-anaknya.
Walau umurmu yang sudah terbilang tidak muda lagi, tetapi kau selalu bersemangat dalam hal memasak agar membuat anak-anakmu bahagia.
Kaulah panutan bagi anak-anakmu. Tetaplah menjadi juru masak terbaikku. Sungguh, anak-anakmu selalu merindukan dan menantikan masakanmu.
Tak salah aku menyebutmu sebagai ayah terbaik. Kau memang Ayah terbaik untukku, kakakku, dan kedua adikku.
Terima kasih, Ayah. Aku sangat menyayangimu.
Ditulis oleh: Astrid Melanonia
Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta