KONDISI bocah 7 tahun itu sangat memprihatinkan. Badannya sangat kurus, tinggal kulit pembalut tulang. Mata cekung, tatapan kosong menengadah ke atas, tulang pipi menonjol. Tubuh ringkihnya kian melemah. Ia hanya bisa terbaring pasrah di atas ranjang berkasur tipis, di rumah kontrakan orangtuanya di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat.
Habil, demikian nama anak dari keluarga miskin tersebut. Sejak dua bulan terakhir ia menderita gizi buruk. Hingga tulisan ini disusun, penanganan medis yang semestinya belum kunjung ia dapat. Ketidakberdayaan orangtuanya untuk membawa berobat ke rumah sakit apalagi ke dokter, membuat penderitaan Habil nyaris tak berujung. Sang ayah, Afrizon (30) hanya seorang penjaja roti keliling. Sejauh ini kemampuan finansialnya sebatas membawa Habil ke pengobatan alternatif dan upaya itu belum membuahkan hasil. Sang anak tetap hanya bisa terbaring lemah, bahkan hari ke hari kondisinya semakin memburuk.
Afrizon mengaku tak bisa mengurus BPJS Kesehatan lantaran belum memiliki KTP dan kartu keluarga. Delapan tahun tinggal di Padang, ia merasakan betapa untuk mengurus berkas kependudukan tersebut ke kelurahan amat sangat susah. Bolak balik kantor lurah dan kantor camat mengurus KTP, selalu dipersulit. Bahkan, pernah ia harus meladeni dulu camat yang lama cekcok mulut, sehingga tujuan mengurus KTP menjadi buyar.
Jengah lantaran selalu dihadapkan dengan kondisi yang membuatnya terpojok, sementara ia sadar bahwa dirinya bukan siapa-siapa, alhasil pengontrak paviliun sangat sederhana di lingkungan Kelurahan Banuaran Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang ini hanya bisa mengelus dada, seraya memendam keinginan memiliki KTP.
Menjalani pekerjaan sebagai penjaja roti keliling, pria asal Batang Kapeh Kabupaten Pesisir selatan ini hanya mampu meraup rezeki kurang dari Rp100.000,- per hari. Dengan penghasilan yang terbilang sangat minim, ia musti memikul tanggungjawab menghidupi tiga orang anak. Sementara sang istri, Mira Susanti (32) hanyalah seorang ibu rumah tangga.
Ihwal gizi buruk yang diderita putra mereka, pasangan Afrizon – Mira Susanti menuturkan bahwa kondisi itu berawal ketika Habil mengalami demam tinggi lalu kejang-kejang empat tahun silam. Karena tak ada biaya, mereka hanya bisa membawa sang buah hati ke dukun, bukan ke rumah sakit.
Satu tahun kemudian, Habil dibawa ke dokter spesialis. Kala itu kondisi badan bocah itu masih terlihat normal. Ia masih kuat seperti anak-anak kebanyakan.
Namun, sejak dua bulan terakhir, Habil tidak lagi bisa menelan makanan, kecuali minum air atau susu. Akibatnya, berat badannya turun drastis seperti sekarang ini. Anak kedua dari tiga bersaudara itu jadi sukar berbicara. Badannya kian melemah, semakin kurus, serta tak bisa lagi duduk apalagi berdiri.
Afrizon hanya bisa berharap, putranya segera sembuh dan ia bisa mendapatkan KTP sehingga bisa mengurus BPJS Kesehatan untuk membawa Habil berobat.
(*/ede)