JAKARTA, Beritalima.com– Jejak sejarah menunjukkan, Indonesia bangsa dengan tingkat peradaban tinggi. Buktinya, begitu banyak maha karya di berbagai bidang dihasilkan para leluhur. Dan, semuanya diakui sebagai warisan budaya dunia.
Itu dikatakan Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo usai menerima pengurus Ciputra Artpreneur di ruang kerja pimpinan DPR RI Gedung Nusantara III Komplek Parlemen Senayan, Jakarta.
“Banyak maha karya sastra dunia mengagumkan berasal dari Indonesia. Salah satunya I La Galigo. Usianya ratusan tahun, ditulis di daun lontar dalam bahasa Bugis kuno,” kata politisi senior Partai Golkar tersebut.
Naskahnya, lanjut wakil rakyat dari Dapil VII Provinsi Jawa Tengah, 6.000 halaman, melampaui cerita Mahabrata dan Bharata Yudha. Sangat luar biasa. Mungkin banyak yang belum tahu, bahkan di Indonesia juga belum populer. Tetapi dunia Internasional sangat mengagumi karya ini,”
Pria yang akrab disapa Bamsoet mendukung segala upaya untuk mengangkat peradaban Bangsa Indonesia dihadapan bangsa-bangsa di dunia, termasuk yang dilakukan Ciputra Artpreneur dengan mementaskan I La Galigo di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta, 3, 5, 5 dan 7 Juli mendatang.
“Saya mengajak semua pihak mendukung pementasan maha karya sastra ini. Jika bukan dimulai dari Bangsa Indonesia, siapa lagi yang akan menghargai kebudayaan nasional warisan para leluhur kita,” kata Bamsoet.
I La Galigo adalah pementasan panggung yang naskahnya diadaptasi dari Sureq Galigo, naskah Bugis kuno yang berasal dari abad ke-14. Sureq Galigo telah diakui UNESCO sebagai World Heritage Memory of the World.
“Tak hanya itu, pengakuan dunia terhadap I La Galigo juga datang dari berbagai bentuk lainnya. Saat dimainkan di festival Linclon Center pertengahan 2005 di New York, Amerika Serikat.
Edward Rothstein dari The New York Times menyebutnya sebagai stunningly beautiful music-theater work. Tidak hanya itu, pementasannya juga sudah dilakukan di 9 negara dan 12 kota dunia, seperti Het Muziektheater Amsterdam, Forum Universal de les Cultures Barcelona, Les Nuits de Fourviere Perancis.
Bamsoet menilai respon masyarakat terhadap pementasan I La Galigo di Jakarta harus bagus, mengalahkan respon warga dunia lainnya. Sehingga I La Galigo bisa menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.
Jika pementasan ini sukses, bisa menginspirasi dan memacu semangat produser kebudayaan lainnya untuk mementaskan cerita rakyat di panggung pertunjukan.
“Panggung pertunjukan kita akan dimeriahkan oleh khazanah budaya nusantara. Bukan justru disemarakan oleh budaya asing yang bisa saja tidak sejalan dengan jati diri dan identitas Bangsa Indonesia,” demikian Bambang Soesatyo. (akhir)