JAKARTA, Beritalima.com– Selain merawat dan menghormati perbedaan dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika, seluruh kader Kader dan simpatisan Golkar wajib membawa misi besar partai berlambang Pohon Beringin ini yakni memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.
Itu semua, kata Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo dapat membuat Partai Golkar bisa tetap utuh, menjadi Rumah Besar Kebangsaan serta menjadi penyangga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sepanjang sejarah Indonesia, Keluarga Besar Eksponen Ormas Tri Karya Golkar yakni SOKSI, Kosgoro 1957 dan Musyawarah Keluarga Gotong Royong (MKGR) telah membaktikan diri sebagai benteng utama penjaga Pancasila dan UUD 1945.
“Selain sebagai wadah berhimpun masyarakat untuk mempersembahkan karya nyata guna menunjang terciptanya kesejahteraan rakyat sesuai cita-cita Proklamasi 1945,” ujar Bambang saat menjadi Keynote Speaker Diskusi Publik ‘Merawat Golkar sebagai Rumah Besar Kebangsaan’ di Jakarta akhir pekan ini.
Pria yang akrab disapa Bamsoet ini mengapresiasi eksponen Ormas Tri Karya Golkar yang hingga kini masih terus dirasakan sepak terjangnya dalam setiap perhelatan politik seperti penyelenggaraan pemilihan umum, maupun Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar.
Ormas ini juga kekuatan moral dalam menjaga kesinambungan Golkar sebagai penyalur aspirasi politik rakyat Indonesia yang berorientasi pada karya dan kekaryaan.
SOKSI didirikan almarhum Mayjen (Purn) TNI Suhardiman 20 Mei 1960, Kosgoro 1957 didirikan 10 November 1957 oleh almarhum Mayjen (Purn) TNI Mas Isman 10 Npember 1957 dan MKGR didirikan almarhum Mayjen (Purn) TNI MH Sugandhi, 3 Januari 1960.
“Setelah Bapak Suhardiman meninggal dunia 2015, sejak saat itu hingga saat ini pengelolaan Eksponen Ormas Tri Karya diteruskan dan dipimpin kader yang masih setia menjaga komitmen Golkar adalah pengawal ideologi kebangsaan. Ini sangat membanggakan,” tutur Bamsoet.
Terkait suksesi kepemimpinan, politisi senior ini mengingatkan Ketua Umum Partai Golkar mendatang harus orang yang mampu memegang teguh prinsip dan norma Prestasi, Dedikasi, Loyalitas dan Tidak Tercela (PDLT).
Selain itu, pemimpin juga tak boleh menutup ruang diskusi, selalu lapang hati menerima kritikan. Jika pemimpin anti kritik, tidak heran jika kader meminta dilakukan konsolidasi menyeluruh guna mengadakan penataan kelembagaan dan melakukan reformasi internal untuk menyesuaikan diri dengan derap langkah perkembangan zaman.
“Salah satu bukti tertinggalnya Partai Golkar oleh zaman bisa dilihat dari sedikitnya millenial yang memilih Partai Golkar pada lalu. Mereka menilai Partai Golkar adalah partai jadul,” ungkap wakil rakyat Dapil VII Provinsi Jawa Tengan ini.
Dikatakan Bamsoet, sudah waktunya Partai Golkar membuka pintu rumah menyambut hadirnya generasi millenial ke dalam proses distribusi dan alih kepemimpinan. Ini demi menjaga kesinambungan Golkar sebagai Rumah Besar Kebangsaan yang ‘tidak lapuk oleh hujan dan tidak lekang oleh panas’.
Bamsoet meminta Golkar harus cerdik memanfaatkan bonus demografi yang dinikmati Indonesia, terutama untuk memperluas penyebaran suara ke kalangan millenial yang jumlahnya mencapai 63 juta jiwa.
“Jika tidak bisa merangkul millenial dan malah tetap memilih menjadi partai jadul, jangan harap di Pemilu 2024 nanti Partai Golkar bisa berada di lima besar nasional,” demikian Bambang Soesatyo. (akhir)