KUPANG, beritalima.com – Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho, memandang bahwa tenun NTT sebagai mahakarya intelektual kaum wanita NTT yang luar biasa dahsyat, karena proses menenun ini daya imajinasinya itu sangat tinggi dan menghasil suatu karya.
Alex Riwu Kaho menyampaikan hal itu dalam acara talk show di Exotic Tenun Fest BI NTT tahun 2022 di Lippo Plaza Kupang, Sabtu (13/2022).
Acara talk show tersebut dipandu Senandung Nacita, dengan menampilkan tiga narasumber, yakni Dirut Bank NTT Alex Riwu Kaho, Ketua Dekranasda Kabupaten Manggarai Meldayanti Hagur Nabit, dan Desainer Nasional Alie Charisma.
Menurut Alex, Bank NTT membangun ekosistem, kemudian konektivi dengan berbagai pihak untuk penguatan-penguatan kapasitas usaha, kendali mutu, bisa terus terbangun dengan baik, bahkan melakukan pendampingan-pendampingan sampai dia mandiri dan masuk pada pasar dan peningkatan segala usaha.
Ia mengatakan, berbagai terobosan-terobosan baik di desa-desa dan kerja sama berbagai pihak terus kita lakukan sehingga aksesibilitas, kapasitas usaha dan segala usaha dari UMKM terus menunjukkan tren yang meningkat.
Ia menambahkan, perlindungan-perlindungan hukum tentu terus dilakukan antara lain, Bank NTT bekerjasama dengan Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk memfasilitasi pendaftaran merek hak paten maupun indikasi geografisnya. “Hingga saat ini yang dibantu oleh Kanwil Hukum dan HAM Provinsi NTT sudah mencapai 200 lebih UMKM yang didaftarkan dan memperoleh hak kekayaan intelektual (HAKI)”, kata Alex.
Sementara itu, Ketua Dekranasda Kabupaten Manggarai Meldayanti Hagur Nabit mengatakan, tenun memberikan harapan yang luar biasa, bukan hanya ibu penenun tapi juga untuk masyarakat pecinta fashion, karena tenun itu merupakan hasil karya seni. “Termasuk kami di Manggarai tidak menerima tenunan begitu saja, tapi kita juga melakukan penelitian dan penelusuran untuk arti-arti dari setiap motif pada tenunan kami, sehingga tenunan itu ketika orang pakai tenun yang dia pakai itu adalah mahakarya. Karena didalam setiap motif ada ceritanya, tidak serta merta narasi itu ada begitu saja, tapi itu warisan dari leluhur kita”, jelasnya.
“Jadi babi saya, tenun itu sebagai bagian dari hidup kita. Apalagi kalau kami di daerah bagian dari kehidupan sehari-hari, karena dalam setiap acara adat dan budaya, kami tetap butuh tenunan. Jadi menurut saya potensi tetap akan luar biasa apalagi masuk ke industri fashion”, kata dia menambahkan. (L. Ng. Mbuhang)