SURABAYA, beritalima.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memberikan perhatian tersendiri kepada para kadernya dalam membantu mewujudkan program-program kesehatan yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Untuk itu, pemkot memberikan tali asih berupa uang pengganti transport bagi pekerja sosial yang sudah bersedia membantu.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita mengatakan pihaknya memberikan uang transport kepada seluruh Kader Posyandu. Terhitung sampai detik ini, jumlah Posyandu di Surabaya mencapai 2.800 titik dengan jumlah kadernya sebanyak 22.400 orang. Sementara itu, setiap Posyandu terdiri dari delapan orang kader.
“Ini pengganti uang transport bukan honor. Dari jumlah kader tersebut, kami memberikan uang transportasi senilai Rp 30 ribu per bulan. Kegiatan ini berlangsung selama satu bulan sekali. Jadi transportnya memang sesuai kegiatan sekali saja,” kata Feny sapaan akrab Febria Rachmanita, Jumat (7/2/2020).
Feny menjelaskan, selain pengganti uang transport, Dinkes juga memberikan BPJS PBI bagi para kader senilai 42 ribu. Bahkan, BPJS PBI itu tidak hanya berlaku untuk kader itu sendiri. Namun, berlaku pula untuk satu anggota keluarga yang tergabung dalam Kartu Keluarga (KK).
“Kemudian dikalikan keluarga kader yang ada di KK. Misalnya satu KK terdiri dari lima anggota keluarga. Maka, berlaku juga untuk lima anggota keluarga. Rp 30 ribu + 210 ribu untuk kader dan keluarganya,” paparnya.
Selama Posyandu berlangsung, kata Feny, ada beberapa kegiatan yang dilakukan. Mulai dari penimbangan balita, penyuluhan, pemberian vitamin, pencatatan dan pelaporan bahkan kunjungan jika terdapat balita yang tidak hadir ke Posyandu. “Terakhir melakukan kegiatan emo demo,” jelasnya.
Tidak hanya itu, untuk para pendamping ibu hamil, Pemkot Surabaya juga memberikan uang transport Rp. 182.850 dalam setiap pertemuan. Jumlah total pendampingan ibu hamil di Surabaya sebanyak 344 kader. Dalam sebulan, kegiatan pendampingan dilaksanakan sebanyak tiga kali. “Jadi Rp 182.850 x 3 hari = 515.637 per bulan sudah dipotong pajak,” ujarnya.
Semua itu dilakukan Pemkot Surabaya karena para kader sudah membantu dan berkontribusi kepada pemkot, khususnya program bidang kesehatan “Fasilitas yang mereka dapatkan itu, karena mereka berkontribusi dan membantu kami di bidang kesehatan,” kata Febria.
Salah seorang kader Posyandu, Laili Nur Widya (51) mengatakan, ia bersama para kader Posyandu lainnya secara ikhlas melakukan kegiatan posyandu balita dan lansia. Ia mengaku, segala macam kegiatan sosial tidak melihat jumlah pendapatan yang diperoleh.
“Buat kami berapapun itu tidak jadi masalah asal kegiatan posyandu tetap dilaksanakan. Otak dan pikiran kami hanya ingin berkegiatan sosial mencari KMS (Kartu Masuk Surga),” kata Wiwid sapaan akrab Laili Nur Widya.
Perempuan asal Jalan Pengampon, Kelurahan Bongkahan, Kecamatan Pabean Cantikan Surabaya ini menyatakan, selama dapat membantu orang lain dalam memberikan edukasi terkait kesehatan dan perilaku hidup bersih, maka itulah tujuan utama para kader Posyandu.
“Jujur ya, kami para kader itu secara ikhlas melakukan kegiatan posyandu balita dan lansia. Apalagi ada beberapa kader yang merangkap menjadi kader posyandu balita dan lansia,” pungkasnya. (*)