Bergadang yang produktif

  • Whatsapp
Ingsani Aktivis Mahasiswa STKIP PGRI Sumenep Ikatan Mahasiswa Kepulauan Kangean Sumenep

Perjalanan waktu disaat Sekolah, dan tugas kuliah pada tahun-tahun ini membuat manusia termotivasi suka bergadang. saya pun perlahan bertransformasi menjadi ‘manusia kalong’.

Kegandrungan terhadap permainan di komputer serta ajakan berkumpul untuk sekadar mengobrol serta menikmati manis pahitnya kopi, sambil merindukan tukar pendapat yang di lontarkan oleh teman-teman yang setiap aktivitasnya adalah manusia yang bisa di juluki manusia kalong. Manusia kalong diasumsikan oleh banyak orang malam di jadikan siang dan siang di jadikan malam. Stetmen ini tidak salah bagi saya.

Secara istilah memang realitanya seperti itu manuisia yang di juluki manusia kalong. Akan tetapi jangan sampai berlebihan dalam berstetmen, kalo cuma berstetmen seperti itu tidak menjadi persoalan bagi manusia kalong atau istilah lainnya manusia yang suka bergadang.

Bagi saya sebagai manusia kalong atau manusia yang suka bergadang memliki makna tersendiri dan melahirkan ide ide yang cemerlang, tapi harus di pahami secara komprehensif dan harus di pikir lebih detail lagi begadang seperti apa ?
Sehingga mampu melahirkan ide ide yang cemerlang. Mari kita simak bersama lanjutan tulisan ini.

Kini, di tengah lingkaran teman-teman yang biasa bekerja sejak pagi hingga petang, saya adalah minoritas lantaran sering baru terbangun sekitar pukul 09.00. Itu pun berkat bunyi jam dinding saya yang selalu berbunyi setiap perputaran jarum perjamnya. Beberapa orang menyarankan saya untuk mulai ‘hidup sehat’ dengan teratur tidur sebelum pukul 12.00, persis anjuran Bapak-Ibu semasa saya bocah. Macam-macam kejelekan dari kebiasaan tidur pada larut malam atau bahkan dini hari mereka paparkan kepada saya. Buat sebagian orang, menjadi tukang bergadang adalah momok, sementara para ‘manusia pagi’ dipandang lebih tinggi derajatnya. Bahkan dulu, saya suka mendengar ujaran dari para saudara, “Anak perawan nggak pantas bangun siang-siang,” untuk mengkritik kebiasaan tidur perempuan-perempuan gemar bergadang macam saya.

Sekali dua kali, tebersit di kepala saya untuk melakukan sugesti teman-teman tadi. Namun, cuma seumur jagung saya mampu kembali menjadi manusia pagi. Perasaan bersalah terhadap diri sendiri karena tak mampu memelihara tubuh pun terkadang muncul.

Perasaan bersalah yang dihadapi para tukang bergadang seperti saya, seharusnya tidak berlebihan. Sejumlah riset ternyata menunjukkan ada beberapa keuntungan dari kebiasaan orang tidur larut. Salah satunya riset yang dilakukan oleh Gale dan Martyn.

Gale dan Martyn (1998) adalah para periset yang penelitiannya berangkat dari ujaran populer Benjamin Franklin, “cepat tidur dan bangun lebih pagi membuat seseorang lebih sehat, makmur, dan bijaksana.” Ingin menguji validasi asumsi Franklin, mereka pun melakukan studi terhadap 1229 responden yang terdiri dari manusia pagi dan tukang bergadang. Hasilnya, mereka tak menemukan bukti bahwa kebiasaan bangun pagi berelasi dengan kesehatan, kondisi sosial ekonomi, serta kemampuan kognitif seseorang.

Menariknya, Gale dan Martyn juga menemukan bahwa tukang bergadang justru cenderung berpotensi meraih pendapatan lebih tinggi. Membaca hasil studi ini, dapat diasumsikan bahwa mereka yang gemar bergadang memanfaatkan waktu lebih pada malam hari untuk lebih produktif, entah itu dengan belajar, berkarya, atau meneruskan tugas-tugas yang bersifat positif yang pada akhirnya mendorong performa dan prestasi mereka.

Oleh : Ingsani
Aktivis Mahasiswa STKIP PGRI Sumenep
Ikatan Mahasiswa Kepulauan Kangean Sumeneps

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *