TEKNOLOGI membuat segala hal bisa disampaikan dengan cepat ke berbagai pihak dari berbagai kalangan, mulai dari kabar-kabar baik, buruk, bahkan mungkin juga berita palsu
Tahun lalu, Kamis (11/8/2017) malam, sebuah tagar menjadi viral di Twitter. Bunyinya#SaveTwitter dan isinya menyuarakan pendapat-pendapat pengguna Twitter yang menolak ditutupnya Twitter pada tahun 2017 ini, sebab beberapa waktu sebelumnya santer terdengar kabar bahwa Twitter akan segera menutup layanannya dalam jangka waktu setahun dari sekarang.
Di media sosial yang penggunanya lebih dari tiga ratus juta ini, orang dari berbagai negara menyebarkan isu tersebut dan menjadi hangat hanya dalam waktu singkat.
Kemudian, beberapa portal berita online mulai meralat tagar tersebut dengan beragam judul tapi isi yang sama: berita tersebut HOAX, dan Twitter tidak ada rencana untuk menutup layanannya. Dari hal ini kita bisa belajar bahwa kecepatan penyebaran berita di media sosial memang tak bisa disepelekan.
Anda sendiri pernah mendapatkan pesan singkat atau chat mengenai hal-hal yang sepertinya penting dan kemudian menjadi viral? Hampir setiap hari kita berinteraksi dengan teman-teman menggunakan gawai dan sambungan internet.
Di dunia maya, apa saja bisa terjadi. Semua informasi, berita, kabar, disampaikan dengan kecepatan yang menakjubkan. Sebuah informasi bisa saja berawal dari satu orang untuk kemudian disebarkan kepada orang lain yang jumlahnya lebih banyak.
Hal ini menguntungkan jika kita hendak menggalang dana untuk disumbangkan, atau meminta bantuan yang urgent. Tapi siapa sangka bahwa fitur broadcast atau penyebaran chat bisa digunakan sebagai sarana tindak kejahatan.
Hal-hal yang biasanya disebarkan orang adalah yang dianggap penting seperti berita mengenai politik, ekonomi, hukum, kesehatan, sosial, iklan, bahkan hobi seperti iklan pecinta anjing yang mencari adopter bagi peliharaannya yang dianggap sudah terlalu banyak.
Semua hal itu mengalir di dunia maya setiap harinya dan disebarkan oleh banyak jempol kepada siapa saja yang mereka kenal –tanpa kita tahu kebenarannya secara pasti. Tidak jarang ada berita palsu yang terlanjur tersebar dan siapa saja bisa tertipu karenanya. Tapi sebenarnya ada beberapa langkah demi meminimalisir penyebaran HOAX semacam ini?
1. Jangan asal sebar
Ketika sebuah pesan singkat mendarat di ponsel Anda, di jejaring Whats’App atau Facebook misalnya, usahakan untuk jangan langsung menyebarkannya walau isinya mungkin mengkhawatirkan atau malah menggiurkan. Ingat bahwa tidak semua hal yang kita baca di dunia maya adalah sebuah kebenaran.
Jadi, jika Anda menyebarkan informasi yang salah, berarti Anda baru saja meneruskan berita HOAX kepada orang lain dan membuat mereka berpotensi untuk tertipu.
2. Menanyakan kebenaran lebih lanjut
Jika merasa sempat dan ingin, Anda bisa cross check kabar tersebut kepada pihak-pihak yang berkepentingan di bidangnya. Misalnya, jika Anda menerima iklan mengenai beasiswa yang tersebar di grup-grup tapi tak bisa dinyatakan seratus persen kebenarannya, Anda bisa menelepon ke kampus penerima beasiswa, atau sponsor penyelenggara beasiswa tersebut.
Penerimaan beasiswa biasanya merupakan salah satu informasi yang cukup menggiurkan bagi banyak orang –sebab banyak yang membutuhkan. Tapi bukan tidak mungkin, Anda terjerumus dan malah termakan tipuan dari orang-orang tak bertanggung jawab.
3. Teliti dalam membaca informasi
Ini juga tak kalah pentingnya. Salah satu hal yang bisa Anda lakukan untuk mengecek validitas sebuah info, adalah teliti dalam membaca info yang disebar tersebut. Biasanya selalu ada hal-hal yang janggal jika orang yang menyebarkannya tidak profesional di bidangnya. Tidak mencantumkan sumber dalam artikel, misalnya.
4. Mengecek kembali gambar yang didapat
Jika sesuatu yang disebarkan berupa gambar, Anda sebaiknya mengecek kebenaran gambar tersebut di Google image. Sebab Google Image punya fitur pencarian gambar serupa, dan dari sana kita bisa tahu sebenarnya itu gambar tentang kejadian apa.
Kenali ciri-ciri berita HOAX
1. Berita atau informasi yang biasanya ramai diperbincangkan adalah sesuatu yang bertentangan dengan teori umum.
2. Tidak jelas asalnya dari mana
3. Tidak ada sumber referensi yang jelas
4. Biasanya menggunakan kalimat persuasif agar orang tertarik untuk menyebarkan
5. Berkaitan dengan isu yang sedang ramai dibicarakan
Jadi jangan cepat mengambil keputusan untuk menyebarkan sesuatu yang tidak Anda ketahui kebenarannya. Karena dengan menjadi lebih cermat dan teliti, berarti Anda sudah menyelamatkan teman/kenalan agar tidak tertipu oleh berita palsu!
Sumber : rula