Bersahabat dengan Sekolah, Kehidupan 100 Hari Hadapi Dampak Covid 19

  • Whatsapp

Oleh : M.Mufti Mubarok
Gerakan Bersama Lawan Corona (BeLanCon)

Kita sudah melewati bulan Maret ibarat telah menjalani orientasi magang “ploncoan” sekolah kehidupan dengan menjalani protokoler lawan covid 19 yang superketat.
Ada prilaku baru yang menyandra kebiasaan di bulan maret kelabu lalu, yaitu prilaku kebiasaan keluar rumah untuk bekerja, sekolah, ibadah atau kegiatan lainnya terpaksa terlarang akibat dampak pendemi ini yang telah memaksa semua kegiatan di rumah saja. Semua dirumah terbiasa dengan online, kita jadi putar otak untuk bisa bertahan di rumah, bagi yang punya penghasilan tetap masih bisa bertahan sampai 100 hari tapi bagi yang tidak tetap tentu harus putar otak tujuh keliling.
Ya akhirnya kita semua menyerah di rumah saja, namum terkadang sekali kali keluar sekedar membeli bekal logisitik yang habis kalau dompet masih ada, kalau dompet menipis atau kanker (kantong kering) sudah tidak ada isinya bisa di dibayangkan telor dan mie serta air putih menjadi menu mewah. Siksaan di rumah saja telah membuat prilaku baru bagi manusia baru, yang karena the power of kepepet bisa kreatif, namun juga ada yang makin terpuruk.
Namum alangkah baiknya menerima nasib dan takdir ini untuk membikin proposal kehidupan 100 hari ke depan, menghadapi 100 hari lagi diperkirakan situasi menurut prediksi akan membaik, artinya masih harus 3 sampai 4 bulan lagi kita akan menghadapai situasi yang serba sulit. Yaitu bulan Mei, Juni dan Juli sebagai puncak dari gunung es pandemic;

Pertengahan Maret dan April lalu adalah fase penyesuaian, ibarat ospek kehidupan setiap orang punya perasaan serta pengalaman sangat berbeda beda dalam memaknai dampak covid 19 ini. Beragam reaksi dari di rumah saja akibat PSPB, ada yang terpaksa, ada yang biasa ada yang cuek dan ada yang melawan.

Jurus jitu 100 hari kedepan
Pada bulan Maret lalu adalah fase persiapan pendaftaran hidup dalam menghadapi 100 hari sekolah kehidupan yang menegangkan, adapun fase fase berikutkan dapat kita bikin semacam proposal kehidupan.

Face bulan April adalah fase magang atau ospek sekolah kehidupan, dengan Kurikulum mulai kencangkan ikat pinggang
Penyebaran sangat cepat dan merata di mana mana, jumlah yang positif makin banyak, yang sembuh dan yang meninggal juga tambah banyak.
Pada fase ini kita sudah mulai bersahabat di rumah saja, sudah mulai juga biasa pakai masker, jaga jarak, cuci tangan, namun prilaku ini semuanya masih kikuk, sementara kondisi kantong makin menipis, apa yang perlu di lakukan tak ada pilihan memasuki bulan puasa banyak yang bisa diirit, tetap berkreasi untuk bisa mencari pendapatan dari rumah.

Face Bulan Mei, mata kuliah umum kehidupan kurikulumnya Kencangkan ikat pinggang
Prakteknya untuk prilaku sehat sudah terbisa tapi karena pendapatan sudah tipis, prilaku sehat jadi kurang terkontrol karena makanan dan minuman yang dikosumsi hanya banyak menu mie dan air putih akibat kantong tipis.

Face Bulan Juni, mata kuliah khusus kehidupan, Kurikulum ingat waktu susah
Prakteknya, pada saat fase khusus ini mungkin kita sudah banyak yang puasa, bisa puasa senin kamis, bantuan pemerintah atau lainnya sangat tidak mencukupi, karena banyak orang sudah terbniasa biasa hidup enak atu cukup. Berubah ke hidup yang pas pasan dan ada yang mualai parah.

Face Bulan Juli, mata kuliah ujian akhir apakah lulus atau mengulang kurikulum ingat kalau waktu tidak punya apa apa
prakteknya cocoknya puasa Nabi Daut lebih bagus, tetap besyukur karena kondisi masih sehat namun situasi ekonomi sudah kalang kabut, alangka baiknya membayangkan waktu belum punya apa apa alias masih nomeden atau waktu masih cost sehingga bisa super irit.

M.Mufti Mubarok (3M), Nitrico: Cara Nikmat Lawan Corono

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait