Trenggalek, Dandim 0806/ Trenggalek Letkol Arm Bayu Argo Asmoro dan Bupati Trenggalek Dr. Emil Elestianto Dardak, M.Sc meninjau kerja bakti oleh warga untuk menutup titik retakan tanah penyebab longsor di KM 17 Raya Trenggalek-Ponorogo, Minggu (29/1/17).
Penutupan retakan ini dilakukan untuk membuatkan aliran air agar dapat segera mengalir. Pasalnya dilokasi kejadian air hujan ini masuk kedalam retakan tanah dan membuat kantung air baru.
Kantung-kantung air inilah yang membuat kondisi tanah dan batuan tanah gembur serta mudah terjadi longsor. Menurut tenaga ahli geologi UGM yang pernah melakukan penelitian retakan tanah di Trenggalek beberapa waktu lalu, Struktur tanah di Trenggalek terdiri dari tanah lempung yang mudah menyerap air namun tidak mudah mengalirkan serta batuan vulkanis yang mudah retak ketika terkena air.
Sempat 43 Jam Jalur Trenggalek-Ponorogo ini tertutup material longsor di KM-17 mulai Kamis sore (26/1/17) hingga Sabtu Siang (28/1/17). Sering lumpuhnya jalur ini Membuat Bupati Trenggalek, Dr. Emil Dardak mencari titik penyebab terjadinya longsor. Didamping Dandim 0806 Trenggalek, Letkol Arm Bayu Argo dan seluruh jajaran OPD melihat adanya retakan tanah di Tegal Kembangan Dusun Ngalaban Desa Gading Tugu. Titik retakan ini berada di perbatasan areal persawahan warga dan lahan Perum Perhutani.
Mengetahui retekan ini Bupati Emil Dardak, mengajak tiga pilar, Pemerintah, TNI, Polri beserta warga masyarakat dan Perhutani untuk menutup retakan ini dan membuatkan parit saluran air dilokasi retakan, sehingga air dapat segera mengalir dan tidak masuk kedalam tanah.
Dikonfirmasi mengenai penutupan retakan tanah Bupati Emil Dardak menyatakan “jadi kami kesini, bersama Dandim, Kepala Perhutani dan Kepolisian bukan hanya melakukan pendekatan teknis, melainkan juga melakukan pendekatan sosial. Dalam arti memahami masyarakat yang menggantungkan hidupnya disini. Tapi mereka sendiri memang telah melakukan adaptasi. Yang merubah lahan sawahnya dari lahan sawah basah menjadi lahan sawah kering,” ucap Bupati.
“Namun langkah itu saja belum cukup, karena ada sebagian lokasi yang kemiringannya sangat luar biasa, yang itu harus sesegera mungkin diganti tutupannya. Dan langkah yang kita lakukan bersama Kodim, Kepolisian, Perhutani dan masyarakat untuk bergotong-toyong membersihkan saluran air. Ini merupakan langkah yang tidak menghilangkan, namun dapat mengurangi resiko yang sangat signifikan.”
“Air itu meresap langsung ke retakan-retakan dan terus mendorong terjadinya erosi yang menyebabkan longsor besar. Dengan parit-parit ini, kita menengok tadi ada tiga cabang, satu cabang ke arah barat, satu lagi ke arah Timur dan satu arah lagi ke arah Barat Daya. Yang Barat Daya ini kurang 300 meter untuk bisa masuk ke anak sungai. Kendalanya karena saluran ini terkesan apa adanya, gampang tertutup kalau sudah hujan deras, nah ini yang menjadi bahan konsentrasi kita.”
“Ketika kita lihat masih ada spot-spot kecil yang air keluar dari Rembesan. Nah ini yang saya minta kepada BPBD untuk melakukan investigasi Geo Listrik. Jadi diketahui teorinya, air itu adanya parit itu untuk menahan air untuk dialirkan ketempat yang kita inginkan. Namun air ini kadang merembes tanah dan memotong jalur tidak sampai ketempat – tempat kita mencegah air melalui parit ini. Dan hal ini baru ketahuan dengan menggunakan teori geo listrik.”(dim06/prspen81)