MADIUN, beritalima.com– Menyambut bulan Suro (Muharram) 1443 H/2021 Masehi, warga Kelurahan Kuncen, Kecamatan Taman, Kota Madiun, Jawa Timur, melakukan selamatan doa bersama di Sendang Tundung Madiun, yang dipimpin oleh Kyai Tukiman, Jumat 13 Agustus 2021.
Namun pelaksanaan kegiatan ini, jauh berbeda dengan tahun sebelum ada pandemi Covid-19. Pasalnya, tahun ini digelar sederhana dengan protokol kesehatan yang ketat serta hanya dihadiri beberapa orang. Bahkan diawasi langsung oleh pengawas protokol kesehatan dari Bhabinkamtibmas, Babinsa dan TNI AU dari Lanud Iswahyudi.
Tradisi ini, telah lama dilakukan warga sejak ratusan tahun silam, atau ketika Bupati Madiun pertama, Adipati Ronggo Jumeno memerintah di Madiun (1568-1586 Masehi), yang kini makamnya berada di belakang masjid Kelurahan Kuncen.
Sebelumnya Selasa (10/8) beberapa warga, juga dengan menerapkan protokol kesehatan, melakukan pengurasan Sendang Tundung Madiun. Kegiatan diawali dengan kembul bujono (makan bersama) berupa selamatan dengan tumpeng plus ayam panggang.
Sementara itu mengenai keberadaan Sendang Tundhung Medioen di Kelurahan Kuncen ini, menurut juru kunci, Ki Bokrak, konon merupakan bekas penjamasan (membersihkan) pusaka oleh seorang Mpu.
Satu diantara pusaka yang dulu dijamasi di sendang itu yakni keris Kyai Kolo Gumarang milik Adipati Madiun pertama, Ronggo Jumeno.
Keris inilah konon yang mampu menaklukkan pusaka andalan Panembahan Senopati dari Mataram berupa tumbak bernama Kyai Pleret, saat Kadipaten Madiun memberontak kepada Mataram.
“Cerita lain, selain sebagai tempat penjamasan pusaka, konon Sendang Tundung Madiun merupakan tempat pemandian para putri di Kadipaten Madiun,” tutur Ki Bokrak.
Menurutnya lagi, setiap malam Jumat Kliwon, Jumat Legi dan Selasa Kliwon sebelum masa pandemi, sendang ini tak pernah sepi dari kalangan spiritualis maupun masyarakat, untuk melakukan Muhung Mahase Asepi (menenangkan diri). (Dibyo).