SURABAYA, beritalima.com | Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur pada Senin (16/1/2023) merilis hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) periode November 2022. Disebutkan, hasil SPE periode November 2022 mengindikasikan kinerja penjualan eceran mengalami peningkatan.
“Peningkatan itu tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) November 2022 yang tercatat sebesar 415,1, tumbuh 1,5% atau meningkat 408,9 dari Oktober 2022 (mtm),” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Hanoto.
Kinerja yang meningkat ini sejalan dengan IPR Nasional periode November 2022 yang tercatat sebesar 203,5, tumbuh 0,4%. Peningkatan penjualan eceran Kota Surabaya utamanya bersumber dari kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau (2,1%) serta Peralatan Informasi dan Komunikasi (0,5%),” lanjut Budi Hanoto.
Menurutnya, pertumbuhan itu mustinya bisa lebih tinggi, namun tertahan oleh sejumlah sektor lain yang mengalami kontraksi, terutama Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya (-5,7%) serta Suku Cadang dan Aksesori (-2,2%).
Dia menambahkan, secara tahunan kinerja penjualan eceran tumbuh sebesar 6,1% (yoy). Sedangkan kinerja penjualan eceran Desember 2022 diprakirakan meningkat, didorong oleh meningkatnya permintaan selama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal serta periode libur akhir tahun.
IPR Desember 2022 diprakirakan sebesar 432,4, meningkat dari 415,1 dari November 2022, atau tumbuh 4,2%. Kelompok yang mengalami pertumbuhan, kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 4,6%, Suku Cadang dan Aksesori 2,3%, Peralatan Informasi dan Komunikasi 1,0%, serta sub kelompok Sandang 0,2%.
“Secara tahunan penjualan eceran pada Desember 2022 diprakirakan mengalami pertumbuhan sebesar 0,2% (yoy),” tandasnya.
Dari sisi harga, responden memprakirakan intensitas tekanan inflasi mengalami penurunan pada Februari 2023 dan Mei 2023.
Indeks Ekspektasi Harga Umum pada Februari 2023 sebesar 114,4, lebih rendah dari Januari 2023 yang sebesar 155,6, dan Indeks Ekspektasi Harga Umum pada Mei 2023 sebesar 120,0, lebih rendah dari April 2023 yang sebesar 147,8.
Menurut responden, pungkas Budi, penurunan intensitas tekanan inflasi diprakirakan sejalan dengan stok barang yang mencukupi. (Gan)